
Pantau – Empat katalis positif ditengarai jadi pendorong saham-saham sektor perbankan mulai tancap gas dalam tren naik sejak 14 Januari 2025. Delapan saham pun mendapat rekomendasi beli termasuk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).
Mandiri Sekuritas (Mansek) mengungkapkan empat katalis positif itu yang bisa mengerek naik harga saham-saham perbankan.
“Pertama, hasil kinerja keuangan 2024 dan panduan kinerja 2025 yang akan keluar pada akhir Januari hingga awal Februari,” tulis Mansek, dikutip di Jakarta, Rabu (29/1/2025).
Katalis kedua adalah kocok ulang direksi empat bank besar dan pengumuman dividen final dalam RUPS awal hingga akhir Maret 2025.
Baca juga: Pilih Saham Berdividen Jumbo Jadi Obat Mujarab Volatilitas IHSG 2025
Lalu ketiga, lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan pengumuman BI Rate. Keempat, data inflasi AS dan Indonesia.
Rekomendasi Beli dan Target Harga
Mansek merekomendasikan beli saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan target harga Rp11.500 dari harga terakhir, Jumat (24/1/2025) Rp9.350 per unit saham.
Begitu juga saham BBRI Rp5.000 dari harga Rp4.190, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Rp5.600 dari harga 4.610, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) Rp3.300 dari harga terakhir Rp2.860, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) Rp1.500 dari harga Rp1.065.
Lalu, saham PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) Rp2.300 dari harga Rp1.735, PT Bank Jago Tbk (ARTO) Rp3.000 dari Rp2.360, dan PT BTPN Syariah Tbk (BTPS) Rp1.100 dari Rp925 per unit saham.
Baca juga: Banyak Dibeli Investor Asing, Ini Rekomendasi Teknikal Saham BBRI
Adapun saham BNLI diberikan rekomendasi netral dengan target harga Rp1.250 dari harga Rp1.305 per unit saham.
Target harga itu menunjukkan saham-saham bank masih memiliki tenaga untuk naik berkisar 15-25 persen, jika cost of equity turun. Ini terjadi saat yield SBN 10 tahun anjlok hingga di bawah 7 persen.
Mansek mencatat, saham tiga bank Himbara, BBRI, BMRI, dan BBNI naik 13-16 persen selama 14-22 Januari 2025, sedangkan BBCA hanya 1 persen.
Selain penurunan BI Rate, stance BI yang berniat mendukung likuiditas dan pertumbuhan ekonomi mendorong kenaikan tajam saham bank.
Baca juga: Saham-Saham Bank Refleksikan Kekhawatiran Pasar Jelang Trump Dilantik
Ini diikuti oleh bunga SRBI yang lebih rendah dalam lelang terakhir, yakni di bawah 7 persen. Adapun yield SBN 10 tahun membaik menjadi 7,24 persen.
“Penurunan yield SBN dibarengi dengan prospek perbaikan likuiditas dan biaya dana menjustifikasi rerating valuasi saham bank yang memicu lonjakan harga saham,” ungkap Mansek.
Belum Waktunya Profit Taking
Investor pun dinilai Mansek belum saatnya melakukan profit taking saham bank. Pasalnya, berdasarkan pengamatan terhadap empat saham bank besar dalam 10 tahun terakhir, downtrend saham bank sudah berakhir dan kini memasuki fase uptrend.
Mansek lantas berteori, pola downtrend berlangsung selama 100-120 hari. Adapun downtrend saham bank dimulai pada akhir September 2024, sehingga seharusnya berakhir pada pertengahan Januari 2025.
Baca juga: Mendulang Dividen Bank-Bank Raksasa Jadi ‘Passive Income’
Pola uptrend saham bank, secara historis, berlangsung selama 200-240 hari dan bisa menghasilkan kenaikan berkisar 30-40 persen dari posisi dasar.
“Dengan demikian, masih ada potensi kenaikan 15-25 persen jika sejarah kembali berulang,” pungkas Mandiri Sekuritas.
- Penulis :
- Ahmad Munjin