
Pantau – Laju nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar AS ditengarai bakal terpengaruh sinyal dari beragamnya data ekonomi Amerika Serikat (AS). Demikian diungkapkan Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede.
Tercatat, data ADP Employment Change pada Februari 2025 mencapai angka yang lebih rendah dari perkiraan. Hal ini memberikan sinyal pelonggaran kondisi pasar tenaga kerja di AS.
Adapun data PMI Jasa AS meningkat hingga di atas 50 pada Februari 2025, yang berarti menunjukkan sektor jasa AS telah kembali ke fase ekspansi.
“Hari ini, rupiah diperkirakan diperdagangkan dalam kisaran Rp16.300 – Rp16.400 per dolar AS,” ungkapnya seperti dikutip ANTARA di Jakarta, Jumat (7/2/2025).
Baca juga: Optimisme Pasar terhadap China Jadi Amunisi Penguatan Rupiah
Selain itu, Presiden AS Donald Trump menunda kebijakan tarif untuk produsen mobil serta barang dan jasa yang merupakan bagian dari US-Mexico-Canada Agreement (USMCA)hingga awal April 1025.
“Trump juga menegaskan bahwa penundaan tarif hanya akan menjadi kebijakan one-off, dan ia tidak akan memperpanjang kesepakatan bulan depan. Ketidakpastian dari tarif perdagangan menyebabkan investor mengalihkan aset mereka ke mata uang safe-haven, termasuk Yen Jepang dan Franc Swiss,” ujar Josua.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Jumat di Jakarta menguat hingga 4 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.336 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.340 per dolar AS.
- Penulis :
- Ahmad Munjin