
Pantau - Pengamat pasar uang sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menilai bahwa nilai tukar rupiah berpotensi mendapatkan sentimen positif dari aksi buy on dip yang mulai muncul di pasar saham Asia, meskipun tekanan global masih terus berlangsung.
Aksi buy on dip merupakan strategi investasi yang dilakukan saat harga aset sedang turun dengan harapan akan rebound di masa depan.
Menurut Ariston, aksi ini memberikan sentimen positif terhadap aset berisiko, termasuk rupiah, karena menunjukkan adanya optimisme investor terhadap pemulihan pasar pascatertekan isu perang tarif.
Pada pembukaan perdagangan Selasa pagi, sebagian pasar saham Asia menunjukkan tanda-tanda rebound, yang mencerminkan kepercayaan investor terhadap kemungkinan stabilisasi pasar setelah penurunan tajam sebelumnya.
Kondisi ini diperkirakan akan membantu menahan laju pelemahan rupiah sepanjang hari.
Respons Negatif Pascalibur dan Potensi Penguatan di Sesi Penutupan
Ariston menjelaskan bahwa pasar keuangan Indonesia kemungkinan akan memberikan respons negatif terhadap sejumlah isu global yang berkembang selama masa libur Lebaran.
Beberapa isu yang menjadi perhatian pasar antara lain adalah pengumuman tarif impor baru dari Amerika Serikat, serta kemungkinan aksi balasan dari negara-negara lain seperti China dan Kanada.
Pada pembukaan perdagangan Selasa pagi, rupiah tercatat melemah sebesar 24 poin atau 0,14 persen ke level Rp16.846 per dolar AS, dari posisi sebelumnya di Rp16.822.
Kendati demikian, Ariston memperkirakan rupiah berpeluang menguat di sesi akhir perdagangan.
Ia memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.800 pada awal sesi dan berpotensi ditutup lebih kuat di kisaran Rp16.700 per dolar AS.
- Penulis :
- Pantau Community