
Pantau - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka menguat pada Rabu pagi, 25 Juni 2025, seiring dengan mulai meredanya konflik geopolitik antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat.
Pasar Merespons Positif Gencatan Senjata
IHSG tercatat naik 35,53 poin atau 0,52 persen ke posisi 6.904,70 pada pembukaan perdagangan hari ini.
Sementara itu, indeks LQ45 yang terdiri dari 45 saham unggulan juga menguat sebesar 4,87 poin atau 0,64 persen ke posisi 769,28.
Kepala Riset Ritel BNI Sekuritas, Fanny Suherman, menyatakan bahwa penguatan ini sesuai dengan ekspektasi rebound teknikal.
"IHSG tepat untuk teknikal rebound sesuai ekspektasi, tapi masih rentan untuk kembali koreksi sepanjang belum break kembali di atas level 7.000. Manfaatkan untuk take profit jika IHSG kembali melanjutkan kenaikan hari ini", ujarnya.
Meredanya konflik di Timur Tengah menjadi faktor utama penguatan pasar.
Iran, Israel, dan Amerika Serikat telah menyepakati gencatan senjata sementara, meski arah perkembangan konflik selanjutnya masih belum pasti.
Bursa Global Ikut Menguat
Sentimen positif dari gencatan senjata turut mendongkrak bursa global.
Bursa saham Eropa pada Selasa (24 Juni) ditutup menguat:
- Indeks Stoxx Europe 600 naik 1,2 persen.
- Indeks DAX Jerman menguat 1,6 persen.
- CAC 40 Prancis naik 1 persen.
- FTSE 100 Inggris ditutup nyaris datar.
Sementara itu, Wall Street juga mencatatkan kenaikan signifikan:
- Indeks Dow Jones menguat 1,19 persen ke 43.089,02.
- S&P 500 naik 1,11 persen ke 6.092,18.
- Nasdaq Composite melonjak 1,43 persen ke 19.912,5.
- Bursa Asia pun mencatat penguatan pada Rabu pagi:
- Nikkei Jepang naik 71,44 poin atau 0,18 persen ke 38.862,50.
- Shanghai Composite menguat 1,06 poin atau 0,04 persen ke 3.421,76.
- Hang Seng Hong Kong naik 211,93 poin atau 0,85 persen ke 24.379,00.
- Strait Times Singapura naik 22,24 poin atau 0,58 persen ke 3.928,33.
- Pelaku pasar juga mencermati pidato Ketua The Fed Jerome Powell di DPR AS.
Powell menegaskan bahwa The Fed belum akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat dan akan mempertimbangkan dampak kebijakan tarif terhadap ekonomi AS.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf