Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Indonesia Rancang Impor Energi dari AS Senilai Rp250 Triliun, Fokus pada LPG dan Minyak Mentah

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Indonesia Rancang Impor Energi dari AS Senilai Rp250 Triliun, Fokus pada LPG dan Minyak Mentah
Foto: Indonesia Rancang Impor Energi dari AS Senilai Rp250 Triliun, Fokus pada LPG dan Minyak Mentah (Sumber: ANTARA/Putu Indah Savitri)

Pantau - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memetakan rencana impor energi dari Amerika Serikat senilai 15,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp250,87 triliun, yang akan terdiri atas liquefied petroleum gas (LPG) dan minyak mentah (crude oil).

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menyampaikan bahwa Indonesia akan meningkatkan impor LPG dan crude dari Amerika Serikat untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri secara langsung, tanpa perantara negara ketiga.

"Selama ini Indonesia mengimpor crude dari AS melalui negara ketiga, dan kini diupayakan agar pembelian dilakukan langsung dari AS," ungkapnya.

Volume Masih Dikaji, Harga Disesuaikan dengan ICP

Meski nilai rencana belanja telah diproyeksikan, volume impor minyak mentah belum ditentukan karena masih bergantung pada fluktuasi harga minyak dunia yang dipengaruhi situasi geopolitik global, terutama di kawasan Timur Tengah.

Nilai akhir pembelian akan ditentukan berdasarkan volume dan harga minyak acuan Indonesia, yaitu Indonesian Crude Price (ICP).

Yuliot menyebut belum ada kepastian apakah Indonesia juga akan mengimpor bahan bakar minyak (BBM) dari Amerika Serikat karena saat ini pemerintah sedang memprioritaskan peningkatan kapasitas produksi kilang dalam negeri.

Setelah proses peningkatan teknologi kilang rampung, pemerintah berharap kebutuhan BBM nasional dapat dipenuhi dari produksi domestik.

Peluang Impor LNG dan Tujuan Menyeimbangkan Neraca Dagang

Selain LPG dan crude, pemerintah juga membuka kemungkinan untuk mengimpor liquefied natural gas (LNG) dari Amerika Serikat sebagai bagian dari diversifikasi sumber energi.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pembelian energi dari AS dirancang sebagai salah satu strategi menyeimbangkan neraca perdagangan antara kedua negara.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menambahkan bahwa meskipun data dari Badan Pusat Statistik (BPS) RI menunjukkan Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar 14,5 miliar dolar AS, catatan perdagangan dari pemerintah Amerika Serikat menunjukkan angka yang berbeda.

Penulis :
Aditya Yohan