Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Indonesia Alihkan Impor LPG dari Timur Tengah ke AS demi Seimbangkan Neraca Dagang

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

Indonesia Alihkan Impor LPG dari Timur Tengah ke AS demi Seimbangkan Neraca Dagang
Foto: Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung memberi keterangan ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta (sumber: ANTARA/Putu Indah Savitri)

Pantau - Pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengalihkan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari negara-negara Timur Tengah ke Amerika Serikat sebagai upaya menyeimbangkan neraca perdagangan dan mencegah kenaikan tarif impor dari AS.

Langkah Strategis untuk Cegah Tarif Tinggi

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, mengungkapkan bahwa pengalihan ini merupakan bagian dari strategi dagang Indonesia di tengah tekanan tarif dari Amerika Serikat.

"Jadi kan impor LPG itu dari Timur Tengah sama Amerika Serikat. Jadi, nanti mungkin akan switch (alih) impor dari Timur Tengah itu menjadi impor dari Amerika Serikat," ungkapnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2024, Indonesia mengimpor LPG dari Kuwait, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab senilai 714,725 juta dolar AS dengan volume 1,2 juta ton.

Pada tahun yang sama, impor LPG dari Amerika Serikat mencapai nilai yang lebih tinggi, yakni 1 miliar dolar AS dengan volume 1,97 juta ton.

Yuliot menjelaskan bahwa pemerintah tengah menjajaki pembelian energi dari Amerika Serikat senilai 15,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp250,87 triliun, yang mencakup LPG dan minyak mentah (crude oil).

Belanja energi Indonesia dari AS selama tahun 2024 hanya sebesar 4,2 miliar dolar AS, sehingga rencana peningkatan tersebut hampir empat kali lipat.

Menurut Yuliot, peningkatan belanja energi ini bertujuan untuk menyeimbangkan neraca dagang kedua negara agar Indonesia tidak terkena beban tarif impor tinggi dari AS.

"Keseimbangan dagang. Jangan sampai (tarif) kita lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain," ia mengungkapkan.

Tekanan Tarif dari Amerika Serikat

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 2 April 2025 mengumumkan kebijakan kenaikan tarif impor minimal 10 persen terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia.

Dalam unggahan resmi Gedung Putih di Instagram, disebutkan bahwa Indonesia menempati urutan kedelapan negara yang dikenai tarif impor tertinggi dari AS, yakni sebesar 32 persen.

Trump juga menegaskan pada 2 Juli bahwa dirinya tidak akan menunda pemberlakuan kembali tarif impor yang dijadwalkan mulai 9 Juli 2025.

Yuliot mencontohkan langkah Vietnam yang berhasil menurunkan tarif dari 46 persen menjadi 20 persen setelah melakukan negosiasi dagang dengan AS.

"Langkah yang sama juga akan dilakukan Indonesia," tegasnya.

Langkah pengalihan impor ini diharapkan menjadi bagian dari solusi agar produk Indonesia tidak dibebani tarif tinggi di pasar Amerika.

Penulis :
Shila Glorya