Pantau - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir terkait sanksi Amerika Serikat terhadap perusahaan migas Rusia, termasuk Rosneft yang terlibat dalam pembangunan Kilang Minyak Tuban di Jawa Timur.
Pemerintah Pastikan Kerja Sama dengan Rosneft Tetap Berjalan
Menanggapi kekhawatiran publik soal dampak sanksi, Bahlil memberikan pernyataan menenangkan.
"Tenang saja, banyak jalan menuju surga. Jangan terlalu khawatir, kami sudah siasati," ujarnya.
Salah satu perusahaan Rusia yang terdampak sanksi AS adalah Rosneft, yang menjadi mitra strategis dalam proyek kilang minyak nasional tersebut.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, menegaskan bahwa pemerintah tidak berencana mencari mitra baru dalam proyek Kilang Tuban.
Ia menyebut bahwa sanksi terhadap perusahaan energi Rusia bukan hal baru, dan pemerintah Indonesia telah memahami dinamika ini sejak awal.
Menurut Laode, yang terpenting adalah kemampuan Indonesia untuk terus berinovasi dan meningkatkan daya tawar dalam menghadapi tekanan geopolitik, termasuk dari Amerika Serikat.
Strategi Diplomasi Energi: Impor dari AS sebagai Penyeimbang
Laode juga mengungkap bahwa pemerintah tengah mengembangkan strategi diplomasi energi, salah satunya dengan meningkatkan impor energi dari Amerika Serikat.
Komoditas yang dimaksud meliputi:
- Minyak mentah (crude)
- Bahan bakar minyak (BBM)
- LPG
Langkah ini dinilai sebagai bagian dari penyeimbang diplomatik untuk memperkuat posisi tawar Indonesia di tengah ketegangan global terkait sanksi terhadap Rusia.
Amerika Serikat diketahui telah menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah perusahaan migas besar Rusia, termasuk Rosneft dan Lukoil, serta beberapa anak perusahaan mereka.
Rosneft sendiri merupakan perusahaan energi terintegrasi yang mencakup kegiatan eksplorasi, ekstraksi, produksi, pemurnian, transportasi, hingga penjualan minyak bumi, gas alam, dan produk turunannya.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Aditya Yohan
