
Pantau - Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede memprediksi nilai tukar rupiah akan melemah akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, meskipun rupiah sempat menguat pada pembukaan perdagangan Kamis, 10 Juli 2025.
Tarif Ekspor AS Picu Ketidakpastian Global
Presiden Donald Trump menyatakan akan memberlakukan tarif sebesar 50 persen untuk produk tembaga mulai 1 Agustus 2025, dengan alasan penguatan keamanan nasional.
Tembaga dianggap krusial karena digunakan di berbagai sektor strategis seperti semikonduktor, pesawat, kapal, amunisi, pusat data, baterai lithium-ion, sistem radar, sistem pertahanan rudal, hingga senjata hipersonik.
Selain itu, Trump juga mengancam akan menetapkan tarif sebesar 200 persen terhadap produk farmasi dari luar negeri jika perusahaan tidak memindahkan produksinya ke dalam negeri AS.
Langkah tersebut belum diberlakukan dalam waktu dekat, namun memperkuat ketidakpastian arah kebijakan perdagangan AS.
Pada 8 Juli 2025, Trump mengirim surat ke 14 negara termasuk Indonesia, menegaskan bahwa tarif mulai berlaku 1 Agustus dan tidak akan ada perpanjangan.
Ia juga menulis melalui media sosial: "TARIF AKAN MULAI DIBAYARKAN PADA 1 AGUSTUS 2025" dan "Tidak ada perpanjangan yang akan diberikan".
Prediksi Rupiah Melemah, Tapi Masih Stabil
Berdasarkan kondisi global tersebut, Josua Pardede memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp16.175 hingga Rp16.300 per dolar AS.
Namun, pada pembukaan perdagangan Kamis pagi di Jakarta, rupiah justru menguat 42 poin atau 0,26 persen ke posisi Rp16.216 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.258 per dolar AS.
Penguatan ini dinilai hanya bersifat sementara karena tekanan eksternal masih tinggi.
Josua menegaskan bahwa arah rupiah dalam beberapa pekan ke depan akan sangat tergantung pada kepastian kebijakan perdagangan dari Amerika Serikat serta respons pelaku pasar global terhadap risiko proteksionisme.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Tria Dianti