Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Program Desa Devisa Tingkatkan Pendapatan Penenun NTT hingga 30 Persen, Jangkau 522 Penenun di 31 Desa

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Program Desa Devisa Tingkatkan Pendapatan Penenun NTT hingga 30 Persen, Jangkau 522 Penenun di 31 Desa
Foto: Program Desa Devisa Tingkatkan Pendapatan Penenun NTT hingga 30 Persen, Jangkau 522 Penenun di 31 Desa(Sumber: ANTARA/Imamatul Silfia)

Pantau - Program Desa Devisa yang dijalankan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank berhasil meningkatkan pendapatan para penenun di Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga 30 persen, menurut laporan terbaru yang disampaikan dalam media briefing di Labuan Bajo, Kamis.

Pendapatan Naik, Jangkauan Luas, dan Kualitas Meningkat

CEO Tenunin, Hayatul Fikri Aziz, menyebutkan bahwa sebelum adanya program ini, rata-rata pendapatan penenun berada di kisaran Rp750 ribu hingga Rp1 juta per bulan.

Setelah program Desa Devisa berjalan, pendapatan mereka meningkat menjadi Rp975 ribu hingga Rp1,3 juta per bulan.

Program Desa Devisa Tenun NTT kini mencakup 31 desa yang tersebar di lima kabupaten yaitu Alor, Belu, Sikka, Ende, dan Sumba Timur.

Awalnya hanya melibatkan 5 kelompok dengan total 120 penenun, kini berkembang pesat menjadi 522 penenun aktif di seluruh wilayah NTT.

Salah satu penenun yang terlibat adalah Mama Sariat Tole dari Kampung Hula di Pulau Alor, yang telah menenun sejak usia lima tahun.

Ia dikenal menggunakan benang kapas hasil tanam sendiri serta pewarna alami dari bahan lokal seperti tinta cumi, daun kelor, kunyit, dan akar mengkudu.

Karya Mama Sariat telah dipamerkan di 13 negara, dan ia tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pembuat warna alami terbanyak untuk kain tenun.

Standar Ekspor dan Potensi Global

LPEI menjadikan Mama Sariat sebagai mentor dalam program Desa Devisa Klaster Tenun NTT.

Ia mendampingi para penenun dalam penggunaan pewarna organik dan benang alami untuk meningkatkan kualitas produk sesuai dengan standar ekspor global.

Pendampingan tersebut diarahkan agar kain tenun NTT mampu memenuhi kebutuhan pasar internasional, khususnya negara-negara seperti Jepang yang mengutamakan warna alami dan daya tahan tinggi.

Selain peningkatan pendapatan, program ini juga memperkuat kapasitas produksi dan memperluas jangkauan pasar bagi para penenun.

Tujuan akhirnya adalah menjadikan kain tenun NTT sebagai produk ekspor bernilai budaya tinggi dan berdaya saing global.

Secara nasional, hingga Maret 2025, LPEI telah mencatat 1.909 Desa Devisa tersebar di 18 provinsi, dengan nilai ekspor mencapai Rp123,9 miliar.

Program ini melibatkan lebih dari 180.000 penerima manfaat, dengan komoditas unggulan seperti kopi, kakao, kain tenun, batik, rempah, hasil laut, dan produk turunan kelapa.

Penulis :
Ahmad Yusuf