
Pantau - Fenomena kemarau basah melanda sebagian besar wilayah Indonesia pada Juni–Juli 2025, menyebabkan gangguan serius bagi petani dan menimbulkan ancaman terhadap ketahanan pangan nasional.
Hujan di Musim Kemarau: Gangguan di Desa, Genangan di Kota
Kemarau basah terjadi ketika bulan-bulan yang secara statistik iklim 30 tahunan tergolong kemarau justru diguyur hujan deras hampir setiap hari.
Di wilayah perkotaan, hujan terus-menerus menyebabkan genangan dan kemacetan.
Namun di pedesaan, dampaknya lebih rumit, terutama bagi para petani.
Petani padi yang sedang memulai musim tanam mendapat berkah dari hujan karena ketersediaan air meningkat.
Sebaliknya, bagi yang sedang memasuki masa panen, hujan menjadi masalah besar.
Padi yang akan dipanen bisa terendam air, meningkatkan kadar air dalam gabah dan mempersulit proses penjemuran karena cuaca lembap.
Hortikultura, Buah, dan Ancamannya bagi Produksi
Petani hortikultura seperti petani tembakau di Magelang dan Temanggung sangat terdampak.
Tembakau rentan membusuk jika terlalu basah, dan kadar air tinggi menurunkan kadar nikotin.
Petani cabai dan tomat juga harus waspada.
Intensitas hujan pagi, siang, sore, bahkan malam membuat mereka harus rutin menyemprotkan pestisida, terutama fungisida, untuk mencegah serangan hama dan penyakit.
Keterlambatan penanganan dapat menyebabkan gagal panen.
Jika gangguan terus terjadi, produksi cabai dan tomat menurun dan berpotensi menaikkan harga di pasaran.
Petani buah seperti durian dan mangga pun terkena imbas.
Tanaman buah memerlukan periode kering untuk merangsang pembungaan.
Tanpa jeda kering, pohon tidak berbunga dan musim panen terganggu.
Durian yang tetap berbuah pun memiliki kadar air tinggi dan rasa kurang manis.
Ancaman Serius bagi Ketahanan Pangan
Anomali iklim seperti kemarau basah menimbulkan tantangan serius bagi ketahanan pangan nasional.
Ketahanan pangan tidak cukup hanya mengandalkan curah hujan, tetapi juga membutuhkan kemampuan tanah dalam menyerap dan menyimpan air.
Ditekankan pentingnya pemahaman spasial terhadap karakteristik tanah dan pengembangan sistem pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim ekstrem.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf