billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Luhut: Penurunan Tarif Ekspor AS Jadikan Produk Indonesia Lebih Kompetitif, Dorong Investasi dan Relokasi Industri

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Luhut: Penurunan Tarif Ekspor AS Jadikan Produk Indonesia Lebih Kompetitif, Dorong Investasi dan Relokasi Industri
Foto: (Sumber: Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan. ANTARA/HO-Tim Media DEN)

Pantau - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa penurunan tarif resiprokal Amerika Serikat dari 32 persen menjadi 19 persen memberi peluang besar bagi produk ekspor Indonesia untuk bersaing secara lebih kompetitif di pasar global.

Ia menyebut kebijakan ini sebagai langkah strategis dalam memperkuat rantai pasok nasional, menarik investasi berbasis nilai tambah, dan menegaskan posisi Indonesia sebagai mitra dagang yang diperhitungkan dunia.

"Kita tidak sedang memberi karpet merah untuk pihak luar, tetapi justru membuka jalan yang lebih besar bagi produk dan pelaku usaha Indonesia untuk bersaing di pasar global. Ini adalah diplomasi ekonomi dengan visi jangka panjang yang jelas, yang berlandaskan kepentingan nasional," tegas Luhut.

Simulasi Ekonomi Tunjukkan Dampak Positif Tarif 19 Persen

Sebagai bagian dari strategi timbal balik, Indonesia juga menyederhanakan tarif untuk sebagian besar produk impor asal Amerika Serikat.

"Kebijakan ini bukanlah konsesi sepihak, melainkan strategi untuk membuka peluang investasi, mendorong transfer teknologi, dan memperluas akses pasar ekspor Indonesia secara lebih kompetitif," ujarnya.

DEN telah melakukan simulasi ekonomi dengan dua skenario, yaitu tarif 32 persen dan tarif 19 persen.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa tarif 19 persen memberikan dampak ekonomi yang jauh lebih positif.

Produk domestik bruto (PDB) diperkirakan naik sebesar 0,5 persen seiring dengan peningkatan investasi dan konsumsi.

Penyerapan tenaga kerja diprediksi meningkat sebesar 1,3 persen, sementara kesejahteraan masyarakat tumbuh 0,6 persen.

Selain itu, simulasi memperkirakan lonjakan investasi hingga 1,6 persen, sekaligus membuka peluang relokasi industri global ke Indonesia.

Sektor padat karya seperti tekstil, garmen, alas kaki, furnitur, dan perikanan disebut sebagai sektor yang paling diuntungkan.

"Indonesia menjadi negara dengan tambahan tarif AS paling rendah dibandingkan negara yang memiliki surplus perdagangan dengan AS dan juga di antara negara ASEAN lainnya. Ini tentunya memberikan kesempatan yang besar bagi Indonesia," jelasnya.

Dorong Deregulasi dan Daya Saing Nasional

Luhut menambahkan bahwa kebijakan ini tidak hanya menguntungkan ekspor, tetapi juga dapat menarik investor asing untuk merelokasi industrinya ke Indonesia guna memanfaatkan tarif rendah.

DEN menilai kesepakatan tarif ini sebagai pijakan penting untuk mempercepat agenda deregulasi nasional dan menurunkan biaya logistik serta produksi dalam negeri.

Kebijakan ini diharapkan akan mendorong daya saing nasional secara menyeluruh dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.

"DEN percaya bahwa arah kebijakan ekonomi nasional yang tepat dan berbasis data akan menjadi kunci dalam mengakselerasi pertumbuhan inklusif dan berdaya saing di era global," tutup Luhut.

Penulis :
Aditya Yohan