
Pantau - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk mendorong pengembangan industri refraktori nasional yang mandiri dan berdaya saing global melalui sinergi dan kolaborasi dengan pelaku industri terkait.
Peran Strategis Industri Refraktori
Industri refraktori memegang peranan penting dalam proses hilirisasi industri smelter hasil pertambangan, khususnya sebagai penyedia bahan tahan api yang menunjang operasional peralatan industri.
“Sektor industri kimia, farmasi dan tekstil (IKFT) telah menunjukkan perannya sebagai salah satu penopang utama perekonomian nasional, yang tercermin melalui laju pertumbuhan yang cukup stabil dan kontribusi signifikan pada pertumbuhan ekonomi, perdagangan, serta investasi di dalam negeri,” kata Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam Kemenperin, Putu Nadi Astuti.
Namun demikian, meskipun sektor IKFT berkontribusi besar terhadap perekonomian, industri refraktori tetap menghadapi berbagai tantangan serius yang menghambat pertumbuhannya.
Putu menjelaskan bahwa industri refraktori bertugas memproduksi bahan tahan api yang esensial untuk menopang peralatan berbagai sektor industri lainnya.
Tantangan dan Langkah Konkret Pemerintah
Dari data Kemenperin, rata-rata utilisasi industri refraktori nasional dari tahun 2020 hingga 2024 hanya mencapai 33,78 persen dari total kapasitas terpasang.
Pangsa pasar domestik produk refraktori hanya sebesar 12,54 persen dari total kebutuhan nasional, yang menunjukkan rendahnya tingkat pemanfaatan produksi dalam negeri.
Kondisi ini diperburuk oleh dominasi produk impor dalam pemenuhan kebutuhan refraktori nasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor produk refraktori untuk semen tahan api dan bata tahan api pada periode 2020–2024 mencapai 891.434 ton dengan nilai 588,90 juta dolar AS.
Sebanyak 88 persen dari total impor tersebut berasal dari China.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Kemenperin mendorong sinergi dan kolaborasi berkelanjutan antara produsen refraktori nasional dengan industri smelter dalam negeri.
“Kami berharap, upaya ini mampu meningkatkan utilitas industri refraktori nasional dan efisiensi industri smelter, serta menciptakan kemandirian industri dan menguatkan rantai pasok nasional yang selaras dengan arah kebijakan pembangunan industri nasional,” ujar Putu.
Sebagai langkah konkret, Kemenperin melalui Direktorat Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam (ISKPBGN) menyelenggarakan kegiatan Business Matching industri refraktori nasional.
Acara Business Matching ini dilaksanakan pada 9 Juli 2025 di Jakarta sebagai bentuk nyata untuk menjembatani tantangan yang dihadapi industri refraktori dalam negeri.
Ketua Umum Asosiasi Refraktori dan Isolasi Indonesia (ASRINDO), Riko Heryanto, menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Kemenperin dan program hilirisasi nasional.
ASRINDO menargetkan peningkatan utilisasi kapasitas produksi refraktori nasional dari sekitar 30 persen menjadi 70–80 persen dalam waktu dekat.
“Jika tercapai, ekspansi industri refraktori bisa dilakukan dan menopang target pertumbuhan,” ujar Riko.
- Penulis :
- Shila Glorya