
Pantau.com - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) memprediksi industri makanan dan minuman pada 2018 tumbuh sesuai proyeksi yakni 8-9 persen. Hal ini setelah melewati tahun 2018 yang dinilai sesuai dengan harapan."Kalau kita lihat di 2018, perkiraan saya tumbuh 8-9 persen dan ini masih masuk dalam proyeksi di awal tahun," ujar Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman, Sabtu (5/1/2019).Menurut Adhi, industri yang menjadi andalan ini sempat menghadapi beberapa tantangan pada 2018. Di antaranya adalah pelemahan rupiah, yang membuat harga pokok produksi meningkat.
Baca Juga: Terdampak, Industri Makanan Mulai Keluhkan Pelemahan Rupiah
Pada situasi demikian, industri biasanya menaikkan harga. Namun, hal tersebut tidak dilakukan demi menjaga daya beli masyarakat."Jadi, harusnya menaikkan harga, tapi tidak, karena strategi yang dilakukan adalah menjaga margin, sehingga daya beli tidak turun," tambahnya.Kendati demikian, belum terjadi peningkatan signifikan terhadap daya beli masyarakat kelas bawah pada 2018. Namun, daya beli masyarakat kelas atas justru dinilai tidak terpengaruh oleh berbagai persoalan ekonomi.
Baca Juga: Wajib Miliki Asuransi Bencana, Jusuf Kalla: Indonesia Supermarket Bencana
Produk makanan dan minuman dalam negeri juga masih lebih diminati daripada produk impor, yang dibuktikan dari total peredaran pangan olahan dalam negeri mencapai Rp1.700 triliun, dengan peredaran pangan olahan impor hanya sekitar enam persennya atau Rp120 triliun."Ke depan, saya lihat pertumbuhannya masih bagus, meskipun belum ada satu faktor untuk mendongkraknya," pungkas Adhi.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta