
Pantau - Kementerian Koordinator Bidang Pangan (Kemenko Pangan) memastikan bahwa pembelian gula dari petani tebu senilai Rp1,5 triliun akan berjalan sesuai kesepakatan yang telah ditandatangani antara Danantara dan ID FOOD pada Jumat, 22 Agustus 2025.
Deputi Bidang Koordinasi Usaha Pangan dan Pertanian Kemenko Pangan, Widiastuti, menyatakan bahwa proses pembelian kini tinggal menunggu tindak lanjut dari kedua pihak tersebut.
"Kapan gulanya dibeli? Itu bisa tanyakan nanti ke Danantara dan ke ID FOOD, bukan di kami (Kemenko Pangan), kami sudah mengawal sampai itu," ujar Widiastuti.
Pembelian Gula Butuh Proses Administratif
Ia menjelaskan bahwa pembelian gula petani tidak bisa dilakukan secara instan karena Danantara dan ID FOOD masih perlu menyelesaikan berbagai administrasi yang menjadi bagian dari skema besar transaksi.
"Ini kan semua proses, tadi yang saya bilang. Jadi kan ini sudah disepakati di hari Jumat. Nah, mereka kan juga harus menyiapkan administrasi ya. Jadi kita tunggu ya (pembelian gula)," katanya.
Langkah ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk menjaga stabilitas harga gula di tingkat petani dan menjamin kepastian pendapatan mereka.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa pemerintah telah menyiapkan dana sebesar Rp1,5 triliun untuk menyerap gula hasil produksi petani tebu.
“Rencananya, kami keluarin pertama itu anggaran Rp1,5 triliun, saya kira cukup,” ujar Amran di Senayan, Jakarta, Kamis (21/8).
Petani Tebu Desak Perbaikan Tata Niaga Gula
Dana tersebut disiapkan setelah Amran berkomunikasi dengan CEO Danantara Indonesia, Rosan Roeslani, menyusul adanya penumpukan gula dari petani yang belum terserap.
Gula dari petani nantinya akan dibeli oleh ID FOOD sebagai BUMN sektor pangan yang ditugaskan pemerintah.
“Pak Rosan mengeluarkan atau menyediakan dana untuk membeli gula petani. Rencananya (penugasan) ID Food," jelas Amran.
Amran menyebut stok gula nasional saat ini dalam kondisi melimpah, dan fokus pemerintah adalah menjadi off taker untuk membantu petani tebu.
“Doakan secepatnya (gula terserap),” katanya.
Di sisi lain, petani tebu di Jawa Timur mendesak pemerintah untuk segera memperbaiki tata niaga gula nasional.
Rendahnya serapan gula petani disebut dipicu oleh masuknya gula rafinasi ke pasar konsumsi sejak awal musim giling 2025.
Koordinator Forum Petani Tebu, Tasirin, mengatakan bahwa setelah program swasembada gula dicanangkan pemerintah, petani sempat kembali bersemangat menanam tebu.
Namun semangat tersebut melemah lagi karena gula yang mereka hasilkan tidak terserap pasar.
Gula rafinasi merupakan hasil pemurnian dari raw sugar (gula mentah), sementara gula fortifikasi adalah gula dengan tambahan zat gizi mikro.
Kedua jenis gula tersebut berasal dari impor dan dijual dengan harga lebih murah dibandingkan dengan gula kristal putih (GKP) yang dihasilkan oleh petani lokal.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Tria Dianti








