Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

IHSG Melemah 210 Poin di Tengah Sikap Wait and See Pelaku Pasar Terhadap Data Ekonomi Agustus

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

IHSG Melemah 210 Poin di Tengah Sikap Wait and See Pelaku Pasar Terhadap Data Ekonomi Agustus
Foto: (Sumber: Ilustrasi - Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. ANTARA FOTO/Fauzan/rwa/am.)

Pantau - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 1 September 2025, dibuka melemah 210,39 poin atau 2,69 persen ke posisi 7.620,10, seiring sikap wait and see pelaku pasar terhadap sejumlah rilis data ekonomi domestik dan global.

Pasar Menanti Data Inflasi dan PMI Manufaktur Indonesia

Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas menyatakan bahwa pelemahan IHSG turut dipengaruhi oleh proyeksi rilis data ekonomi nasional pada awal pekan.

"Selain demo, terdapat rilis data ekonomi pada Senin (01/09), yang akan menentukan arah bursa saham hingga rupiah, salah satunya indeks manufaktur PMI Indonesia," tulis tim riset dalam keterangan resmi.

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data inflasi Agustus 2025, yang diperkirakan melandai seiring dengan penurunan harga beberapa bahan pokok dan BBM non-subsidi.

Konsensus pasar memproyeksikan inflasi sebesar 0,09 persen secara month to month (mtm).

Selain itu, data Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia juga menjadi sorotan pasar, karena menjadi indikator penting aktivitas industri.

Sementara itu, Presiden RI Prabowo Subianto mengungkapkan telah menerima laporan dari para Ketua Umum Partai Politik terkait langkah tegas terhadap anggota DPR RI yang diduga menyampaikan pernyataan keliru di tengah dinamika sosial-politik.

Tekanan Eksternal dari China, AS, dan Eropa Pengaruhi Sentimen

Dari sisi eksternal, sentimen negatif datang dari Tiongkok setelah diumumkan bahwa indeks Caixin China General Manufacturing PMI turun menjadi 49,5 pada Juli 2025, dari 50,4 pada bulan sebelumnya.

Angka ini lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 50,2 dan menandai kontraksi kedua dalam tiga bulan terakhir, terutama akibat penurunan tajam pesanan ekspor baru di tengah ketidakpastian perdagangan global.

Dari Amerika Serikat, pelaku pasar menanti laporan ketenagakerjaan yang akan dirilis pekan ini, termasuk data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTs) untuk Juli, tingkat pengangguran, dan non-farm payroll Agustus 2025.

Rangkaian data ini akan menjadi bahan pertimbangan penting bagi Federal Reserve dalam menentukan arah kebijakan suku bunga pada September mendatang.

Sebelumnya, data penggajian yang lebih lemah dari perkiraan telah meningkatkan harapan pelonggaran kebijakan moneter melalui pemangkasan suku bunga oleh The Fed.

Di bursa global, penurunan juga terjadi secara luas.

Bursa Eropa ditutup melemah pada Jumat (29/08):

  • Euro Stoxx 50 turun 0,83 persen
  • FTSE 100 Inggris turun 0,32 persen
  • DAX Jerman turun 0,57 persen
  • CAC Prancis turun 0,76 persen

Wall Street juga ditutup di zona merah:

  • Dow Jones turun 92,02 poin atau 0,20 persen ke 45.544,19
  • S&P 500 turun 0,64 persen ke 6.460,91
  • Nasdaq Composite turun tipis 1,22 poin atau 0,03 persen ke 23.414,02
  • Sementara itu, pergerakan bursa Asia pada Senin pagi bervariasi:
  • Nikkei Jepang turun 793,24 poin atau 1,86 persen ke 41.919,48
  • Shanghai Composite naik 14,39 poin atau 0,37 persen ke 3.876,87
  • Hang Seng naik tipis 507,32 poin atau 0,03 persen ke 25.585,55
  • Strait Times Singapura turun 9,13 poin atau 0,21 persen ke 4.260,45

 

Penulis :
Aditya Yohan