
Pantau - Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menegaskan bahwa pemanfaatan hutan sosial secara tepat dapat menjadi salah satu penggerak utama ekonomi hijau di Indonesia.
Ia menyampaikan komitmen pemerintah untuk memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan demi mendorong keberlanjutan perhutanan sosial.
“Ini komitmen pemerintah dalam memperkuat sinergi dengan masyarakat, pemerintah daerah, akademisi, dunia usaha, dan mitra pembangunan. Dengan kebersamaan, kita bisa menjadikan perhutanan sosial sebagai motor penggerak ekonomi hijau yang berkelanjutan,” ujar Menhut.
Kolaborasi Lintas Sektor Kunci Keberhasilan Perhutanan Sosial
Raja Antoni menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Ini menegaskan pentingnya peran stakeholder, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, mitra pembangunan, dunia usaha, hingga masyarakat dalam mewujudkan keberhasilan perhutanan sosial,” katanya.
Sebagai contoh nyata, Menhut menyebut Kelompok Perhutanan Sosial Kelompok Tani Cinta Mangrove di Desa Perupuk, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.
Kelompok ini menggunakan Skema Hutan Kemasyarakatan dan telah memperoleh persetujuan pengelolaan berdasarkan SK Menteri LHK Nomor SK.5467/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/8/2018 tertanggal 28 Agustus 2018.
Kelompok Tani Cinta Mangrove aktif dalam penanaman, perlindungan, dan pemanfaatan mangrove secara berkelanjutan.
Wisata Mangrove Hasilkan Pendapatan Miliaran Rupiah
Raja Antoni menjelaskan bahwa usaha utama kelompok ini adalah wisata alam berbasis hutan mangrove.
“Potensi dasar pada usaha yang dilakukan adalah wisata alam berbasis hutan mangrove. Terdapat di dalamnya jungle track, wisata kuliner, Paviliun Japan, panahan, tempat pemancingan dan budidaya kepiting bakau,” jelasnya.
Kegiatan wisata yang telah dikelola selama kurang lebih empat tahun ini menarik banyak pengunjung karena menyediakan berbagai fasilitas dan spot foto di kawasan hutan mangrove.
Kelompok ini juga memiliki unit usaha KUPS Jasa Lingkungan Wisata Kampung Kito, yang dilaporkan mampu menghasilkan pendapatan sekitar Rp2 miliar per tahun.
Selain menjadi destinasi wisata, kawasan mangrove ini juga menjadi lokasi persinggahan burung migran setiap tahunnya.
Keberadaan berbagai spesies langka dan terancam punah menjadikan pesisir Pantai Timur Kabupaten Batu Bara sebagai kawasan penting untuk konservasi burung.
Wilayah ini juga dinilai memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata berbasis minat khusus seperti pengamatan burung.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf