
Pantau - Kementerian Pertanian (Kementan) memperkuat hilirisasi sektor perkebunan guna meningkatkan nilai tambah produk serta kesejahteraan petani dalam negeri.
Langkah ini dilakukan melalui pendekatan approach by thematic (ABT) serta program refocusing untuk memperkuat rantai nilai dari hulu ke hilir.
"Dengan hilirisasi, produk perkebunan tidak lagi dijual mentah tetapi diproses menjadi produk bernilai tambah yang mampu memberikan dampak ekonomi lebih besar bagi petani," ungkap Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perkebunan Kementan, Abdul Roni Angkat, di Jakarta pada hari Jumat.
Fokus di Jawa Tengah dan Komoditas Prioritas
Direktorat Jenderal Perkebunan menerapkan pendekatan ABT di sejumlah daerah, termasuk di Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi prioritas.
Di Jawa Tengah, hilirisasi difokuskan pada tujuh komoditas strategis, yaitu: tebu, kelapa, kopi, kakao, jambu mete, lada, dan pala.
Dari tujuh komoditas tersebut, prioritas pengembangan diarahkan pada empat komoditas utama: tebu, kelapa, kopi, dan jambu mete.
Secara nasional, program hilirisasi perkebunan telah mencakup lebih dari 870 ribu hektar lahan.
Selain hilirisasi, Kementan juga menyiapkan pendampingan teknis, penguatan kelembagaan petani, penyediaan benih unggul, serta sarana dan prasarana produksi.
"Kami berharap dengan dukungan ini, petani di Jawa Tengah semakin produktif, mandiri, dan mampu bersaing, sehingga kontribusi perkebunan terhadap perekonomian daerah semakin meningkat," ia menambahkan.
Sejalan dengan Arahan Presiden dan Target Nasional
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa hilirisasi sektor pertanian menjadi kunci dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan memperkuat perekonomian nasional.
Langkah ini sejalan dengan visi Asta Cita dari Presiden Prabowo Subianto.
"Keunggulan Indonesia adalah negara agraris dengan iklim tropis sepanjang tahun. Karena itu, arahan Presiden Prabowo untuk adanya hilirisasi adalah langkah tepat," ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa pembangunan hilirisasi tidak hanya menyasar pangan pokok, tetapi juga komoditas perkebunan seperti kelapa, kopi, kakao, pala, dan mete.
Komoditas tersebut dinilai memiliki potensi ekspor tinggi serta mampu menopang devisa negara.
Strategi hilirisasi perkebunan ini akan terus diperkuat setidaknya hingga tahun 2027.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf