Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Pertamina Percepat Transisi Energi Transportasi Lewat Biofuel, SAF, dan Hidrogen Hijau

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Pertamina Percepat Transisi Energi Transportasi Lewat Biofuel, SAF, dan Hidrogen Hijau
Foto: (Sumber: Direktur Proyek dan Operasi PT Pertamina New Renewable Energy (PNRE) Norman Ginting. ANTARA/HO-PT Pertamina New Renewable Energy (PNRE))

Pantau - PT Pertamina (Persero) mempercepat langkah transisi energi di sektor transportasi dengan fokus utama pada pengembangan biofuel, Sustainable Aviation Fuel (SAF), dan hidrogen hijau sebagai bagian dari upaya menurunkan emisi karbon dan menjaga ketahanan energi nasional.

Direktur Proyek dan Operasi PT Pertamina New Renewable Energy (PNRE), Norman Ginting, mengungkapkan bahwa sektor transportasi menyumbang 36 persen konsumsi energi nasional dan sekitar 73 persen dari total konsumsi BBM nasional.

"Transisi energi harus dijalankan secara serius agar Indonesia tetap tangguh menghadapi perubahan global. Pertamina fokus tidak hanya pada energi ramah lingkungan, tetapi juga andal dan terjangkau," ungkapnya.

Uji Coba SAF dan Program Biodiesel Jadi Langkah Nyata

Salah satu langkah konkret dari transisi energi tersebut adalah keberhasilan uji coba penerbangan dengan SAF oleh Pelita Air Service pada 20 Agustus 2025.

Penerbangan tersebut menempuh rute pulang-pergi Jakarta–Bali dengan menggunakan bahan bakar ramah lingkungan produksi Pertamina.

"SAF yang kami kembangkan sudah melalui uji coba bersama mitra internasional dan terbukti mampu menurunkan emisi hingga 85 persen dibandingkan bahan bakar konvensional," ungkapnya lebih lanjut.

Program B40 yang mengusung campuran biodiesel 40 persen juga telah resmi berjalan pada tahun 2025.

Program ini didukung oleh keberadaan kilang hijau (green refinery) yang mampu memproduksi Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) untuk memenuhi dan bahkan melampaui kebutuhan pencampuran biodiesel nasional.

"Indonesia masih bergantung pada impor minyak sejak 2003. Untuk mengurangi ketergantungan tersebut sekaligus menekan emisi karbon, Pertamina berkomitmen mempercepat diversifikasi energi di sektor transportasi," ujar Norman.

Ekosistem EV dan Infrastruktur Hidrogen Terus Dikembangkan

Selain biofuel dan SAF, Pertamina juga aktif membangun ekosistem kendaraan listrik (EV) dan sistem penyimpanan energi baterai (Battery Energy Storage System/BESS) melalui Indonesia Battery Corporation (IBC).

Targetnya adalah menjadikan Indonesia sebagai produsen EV dan baterai terbesar di kawasan ASEAN.

Untuk pengembangan hidrogen hijau dan e-fuel, Pertamina sedang menyiapkan dua Hydrogen Refueling Station (HRS) dengan kapasitas awal masing-masing 200–500 kg per hari.

Lokasi HRS tersebut berada di Daan Mogot yang ditargetkan beroperasi pada 2026, dan di Jawa Barat yang ditargetkan beroperasi pada 2028.

"Indonesia dianugerahi potensi energi bersih dan terbarukan yang melimpah, namun tetap ada tantangan di depan. Karena itu kita perlu bekerja sama. Transisi energi membutuhkan aksi kolektif dengan kolaborasi erat dari semua pihak," ia mengungkapkan.

Penulis :
Ahmad Yusuf