Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Antara Tunai dan Digital: Menimbang Jalan Tengah dalam Sistem Pembayaran Indonesia

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Antara Tunai dan Digital: Menimbang Jalan Tengah dalam Sistem Pembayaran Indonesia
Foto: (Sumber: Ilustrasi - Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Jumat (2/1/2025). ANTARAFOTO/Rivan Awal Lingga)

Pantau - Masa depan uang tunai di Indonesia bukan soal menghilangkannya sepenuhnya, tetapi bagaimana menempatkannya secara strategis dalam ekosistem pembayaran yang sehat, demikian menurut Dr. Aswin Rivai dalam artikelnya yang mengulas dinamika sistem pembayaran nasional.

Dalam dua dekade terakhir, dunia mengalami percepatan luar biasa menuju ekonomi digital yang membuat pembayaran nontunai bukan lagi sekadar alternatif, melainkan mulai mendominasi transaksi.

Kemudahan penggunaan, kecepatan transaksi, serta pesatnya perkembangan teknologi menjadi pendorong utama adopsi sistem pembayaran digital di berbagai lapisan masyarakat.

Pandemi Covid-19 mempercepat transisi ini karena kebutuhan untuk meminimalkan kontak fisik dalam transaksi.

Generasi muda yang akrab dengan teknologi digital turut mempercepat penggunaan dompet elektronik, QR code, dan transfer instan sebagai metode pembayaran utama.

Tantangan Sistem Nontunai Total: Belajar dari Skandinavia

Keyakinan bahwa masyarakat tanpa uang tunai tinggal menunggu waktu mulai dipertanyakan di sejumlah negara maju seperti Swedia dan Norwegia.

Pengalaman negara-negara tersebut menunjukkan bahwa sepenuhnya meninggalkan uang tunai bukan keputusan bijak dalam menghadapi ancaman siber, potensi konflik, bencana alam, dan pentingnya uang tunai sebagai jangkar sistem keuangan.

Di Swedia, hanya sekitar 10% transaksi ritel menggunakan uang tunai, jauh di bawah rata-rata kawasan euro yang hampir 50%.

Namun pemerintah Swedia mendorong warganya menyimpan uang tunai cadangan untuk kebutuhan minimal satu minggu sebagai bentuk antisipasi terhadap kerentanan sistem digital akibat eskalasi geopolitik.

Indonesia: Pertumbuhan Pesat Digital, Tapi Tunai Masih Penting

Meskipun berada dalam konteks berbeda, fenomena serupa juga mulai terlihat di Indonesia.

Bank Indonesia mencatat lonjakan transaksi uang elektronik dari Rp201 triliun pada 2019 menjadi Rp510 triliun pada 2023.

Peningkatan paling signifikan terlihat pada penggunaan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) yang melonjak dari 13 juta transaksi pada 2020 menjadi lebih dari 1,5 miliar transaksi pada 2023 dengan nilai mencapai Rp229 triliun.

BI bahkan menargetkan 45 juta merchant akan terhubung dengan sistem QRIS pada tahun 2025.

Angka-angka ini menunjukkan tingkat adaptasi yang cepat terhadap teknologi pembayaran digital di Indonesia.

Namun demikian, sebagaimana negara lain yang telah lebih dahulu mengadopsi sistem digital, Indonesia tetap perlu menjaga keseimbangan agar uang tunai tetap memainkan peran strategis dalam menjamin inklusi, keamanan, dan ketahanan ekonomi nasional.

Penulis :
Aditya Yohan
Editor :
Tria Dianti