
Pantau - Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu, 8 Oktober 2025, seiring dengan penguatan dolar AS yang didorong oleh pernyataan bernada hawkish dari sejumlah pejabat Federal Reserve (The Fed) serta penurunan cadangan devisa nasional.
Rupiah dibuka melemah 57 poin atau 0,34 persen, dari Rp16.561 menjadi Rp16.618 per dolar AS.
Pernyataan The Fed Tekan Ekspektasi Pasar Soal Pemangkasan Suku Bunga
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyatakan bahwa tekanan terhadap rupiah dipicu oleh penguatan dolar AS yang masih berlanjut akibat sinyal hawkish dari pejabat The Fed.
"Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang masih melanjutkan penguatan oleh pernyataan hawkish dari pejabat The Fed Jeff Schmid dan Neel Kashkari," ungkap Lukman.
Jeff Schmid, Presiden The Fed Kansas City, menegaskan bahwa bank sentral AS masih perlu menekan inflasi yang tetap tinggi.
Sementara itu, Neel Kashkari, Presiden The Fed Minneapolis, menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga secara drastis bisa memicu inflasi, sehingga menurunkan ekspektasi pasar terhadap pelonggaran kebijakan moneter.
Padahal, menurut CME FedWatch, probabilitas pasar terhadap pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir Oktober mencapai 99 persen.
Namun, komentar para pejabat The Fed membuat pelaku pasar kembali waspada.
"Angka-angka inflasi di AS memang kembali naik akhir-akhir ini oleh tarif, walau Kepala Biro Statistik dan Pekerjaan (AS) sudah diganti dengan orang pilihan Trump, namun tidak mengubah hal itu," tambah Lukman.
Cadangan Devisa Indonesia Turun, Sentimen Negatif Tambahan
Dari sisi domestik, rupiah juga dibebani oleh data cadangan devisa Indonesia yang menunjukkan tren penurunan.
Bank Indonesia mencatat bahwa cadangan devisa per September 2025 hanya sebesar 148,7 miliar dolar AS, turun dari 150,7 miliar dolar AS pada Agustus 2025.
Penurunan sebesar 2 miliar dolar AS dalam sebulan tersebut menjadikan posisi cadev Indonesia terendah sejak Juli 2024.
"Hal ini tentunya memberikan sentimen negatif bagi rupiah," ujar Lukman.
Penurunan cadangan devisa terjadi di tengah upaya stabilisasi nilai tukar dan kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Dengan tekanan eksternal dan internal yang masih tinggi, nilai tukar rupiah diperkirakan akan tetap menghadapi volatilitas dalam waktu dekat.
- Penulis :
- Aditya Yohan