
Pantau - Di tengah pesatnya digitalisasi perkotaan, peran sektor telekomunikasi menjadi kunci utama dalam mendukung infrastruktur dan operasional kota pintar (smart city), yang kini bukan lagi sekadar konsep futuristik, melainkan sistem nyata untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat urban.
Telekomunikasi sebagai Tulang Punggung Kota Pintar
Dalam ekosistem kota pintar yang kompleks, telekomunikasi berperan sebagai fondasi digital yang memungkinkan seluruh komponen bekerja secara terintegrasi dan real-time.
Konektivitas yang stabil dan cepat dibutuhkan agar sistem seperti manajemen lalu lintas berbasis sensor, pemantauan kualitas lingkungan, dan layanan publik digital bisa berjalan secara optimal.
Jaringan serat optik, teknologi 4G dan 5G, hingga konektivitas satelit merupakan infrastruktur utama yang disediakan oleh perusahaan telekomunikasi (telko).
Selain menyediakan jaringan, telko juga mengelola pusat data (data center) dan layanan cloud untuk menyimpan serta memproses data dalam skala besar.
Hal ini menjadikan perusahaan telekomunikasi sebagai motor penggerak transformasi digital kota.
Sensor dan perangkat Internet of Things (IoT) yang tersebar di berbagai titik kota—mulai dari lampu jalan, kendaraan, gedung, sistem air hingga tempat sampah—mengumpulkan data penting seperti kualitas udara, suhu, kelembapan, hingga kepadatan lalu lintas.
Telko mendukung sistem ini melalui teknologi LPWAN, NB-IoT, dan jaringan 5G, serta mengelola platform IoT untuk integrasi data dari berbagai sumber.
Mereka juga menyediakan analitik berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk mengolah data, sekaligus menjamin keamanannya melalui sistem enkripsi dan perlindungan terhadap ancaman siber.
Pandangan Akademisi: Komunikasi Inklusif dan Pendidikan Adaptif
Menurut Prof Fadhillah Azhar dari Institut Teknologi Bandung (ITB), keberhasilan kota pintar sangat dipengaruhi oleh sistem komunikasi yang inklusif.
Ia menyebut konsep kota komunikatif sebagai fondasi awal yang harus diperkuat, dan menambahkan bahwa "kesenjangan digital harus dijembatani agar implementasi kota pintar dapat berlangsung secara berkelanjutan", ungkapnya.
Sementara itu, Dr Nur Syifa dari Universitas Negeri Jakarta menyoroti pentingnya teknologi elektronika dan perangkat IoT dalam lima domain utama kota pintar, yaitu "pemerintahan pintar (smart governance)", "mobilitas pintar (smart mobility)", "lingkungan pintar (smart environment)", "energi pintar (smart energy)", dan "kehidupan pintar (smart living)".
Ia menegaskan perlunya pendidikan teknik yang adaptif, menyatakan bahwa "perlunya kurikulum pendidikan teknik yang adaptif untuk mendukung kebutuhan industri yang terus berkembang", ia mengungkapkan.
Dengan demikian, pengembangan smart city tidak hanya bertumpu pada ketersediaan teknologi, tetapi juga kesiapan masyarakat dan dunia pendidikan dalam mendukung ekosistem digital secara menyeluruh.
- Penulis :
- Aditya Yohan










