billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Bank Indonesia Dorong Transaksi Mata Uang Lokal dengan China, Tawarkan Efisiensi dan Konektivitas Digital

Oleh Leon Weldrick
SHARE   :

Bank Indonesia Dorong Transaksi Mata Uang Lokal dengan China, Tawarkan Efisiensi dan Konektivitas Digital
Foto: Kepala Perwakilan Bank Indonesia Beijing Yulian Wihantoro dalam forum bisnis yang diselenggarakan KBRI Beijing di Beijing, Jumat 24/10/2025 (sumber: ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Pantau - Bank Indonesia (BI) secara aktif mempromosikan penggunaan transaksi mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT) kepada lebih dari 200 pengusaha China dalam forum bisnis yang digelar di Beijing, Jumat (24/10/2025).

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari peluncuran kerangka kerja LCT dan sistem pembayaran lintas batas berbasis Quick Response (QR Code) antara Indonesia dan China yang dilaksanakan pada 11 September lalu, baik di Beijing maupun di Jakarta.

Kepala Perwakilan BI di Beijing, Yulian Wihantoro, dalam forum tersebut menegaskan bahwa peluncuran ini tidak hanya memperingati 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara, tetapi juga menjadi simbol terbangunnya jembatan digital antara ekonomi Indonesia dan China.

Penandatanganan Kerja Sama dan Manfaat LCT

Sebelum peluncuran sistem tersebut, BI dan Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBoC) telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) di Jakarta, yang ditandatangani langsung oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dan Gubernur PBoC Pan Gongsheng.

"Kesepakatan itu lebih dari sekadar instrumen keuangan. Ini adalah pernyataan kepercayaan. Tugas kami sebagai otoritas adalah membangun infrastruktur bagi bisnis, pemerintah, dan masyarakat," ungkap Yulian Wihantoro dalam forum tersebut.

Menurut Yulian, penggunaan LCT memungkinkan pelaku usaha untuk melakukan transaksi perdagangan langsung dalam mata uang lokal masing-masing negara, yang dapat menghemat waktu dan biaya, serta mengurangi risiko akibat fluktuasi nilai tukar.

"Perusahaan kini dapat menyelesaikan perdagangan secara langsung dalam mata uang lokal. Ini mengurangi biaya konversi, mempersingkat waktu penyelesaian hanya dalam waktu maksimal satu jam, dan meminimalkan paparan terhadap volatilitas mata uang global," ia menjelaskan.

Hingga Juli 2025, nilai transaksi LCT antara Indonesia dan China telah mencapai 6,23 miliar dolar AS, atau hampir 45 persen dari total transaksi mata uang lokal Indonesia dengan berbagai negara mitra.

Sistem QR Lintas Batas dan Potensi Perdagangan

Selain LCT, BI dan PBoC juga mengembangkan sistem pembayaran QR lintas batas. Sistem ini memungkinkan wisatawan serta pelaku usaha kecil dan menengah untuk melakukan pembayaran instan menggunakan aplikasi QR lokal.

"Bayangkan, wisatawan Indonesia di China dan wisatawan China di Indonesia—Solo, Tanimbar, Bajo, Bunaken, tentu saja Bali—dapat menggunakan sistem pembayaran mereka sendiri," ungkap Yulian.

Saat ini, aplikasi yang sudah dapat digunakan di Indonesia adalah Alipay. Namun, Yulian menyatakan harapan agar pada akhir tahun 2025, sistem pembayaran dengan QR standar Indonesia juga dapat digunakan oleh warga China.

"Karena kami percaya bahwa pada akhirnya, keuangan adalah tentang koneksi antarnegara, antarbisnis, dan antarmasyarakat," katanya.

Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, serta pejabat-pejabat tinggi lainnya dari Indonesia turut hadir dalam forum ini, termasuk Deputi Kemenko Pembangunan Kewilayahan Ronny Hutahayan, Pemimpin Pura Mangkunegaran Solo Gusti Bhre, Bupati Kepulauan Tanimbar Ricky Jauwerissa, serta perwakilan dari BRI dan Kamar Dagang Indonesia Komite Tiongkok (KIKT).

Berdasarkan data KBRI Beijing, total volume perdagangan antara Indonesia dan China sepanjang 2024 mencapai 147,79 miliar dolar AS, dan selama Januari hingga Agustus 2025, angkanya sudah menyentuh 104,82 miliar dolar AS.

Ekspor utama Indonesia ke China meliputi minyak sawit, batu bara, nikel olahan, sarang burung walet, dan buah-buahan tropis.

Di sektor investasi, sepanjang 2024, investasi China di Indonesia tercatat sebesar 8,1 miliar dolar AS, dan dari Hong Kong sebesar 8,2 miliar dolar AS. Pada semester pertama 2025, China telah menginvestasikan 3,6 miliar dolar AS dan Hong Kong sekitar 4,6 miliar dolar AS, menjadikan keduanya sebagai investor terbesar ketiga dan kedua di Indonesia.

Dari sisi pariwisata, sebanyak 1,2 juta wisatawan asal China berkunjung ke Indonesia pada tahun 2024. Jumlah ini mencapai 905.002 orang selama Januari hingga Agustus 2025.

Penulis :
Leon Weldrick

Terpopuler