
Pantau - PT Astra Agro Lestari Tbk (Astra Agro) menegaskan komitmennya dalam menjaga transparansi dan ketertelusuran rantai pasokan sawit, termasuk yang berasal dari petani swadaya maupun asosiasi, sebagai bagian dari implementasi Kebijakan Keberlanjutan perusahaan.
Presiden Direktur Astra Agro, Djap Tet Fa, menyampaikan bahwa fokus perusahaan tidak hanya pada peningkatan hasil produksi, tetapi juga pada efisiensi, inovasi, serta keberlanjutan jangka panjang.
“Oleh karena itu kami berkomitmen menjaga kesinambungan dan efisiensi operasional di seluruh lini sekaligus menjaga ekosistem lingkungan di sekitarnya melalui sistem yang transparan dan memiliki ketertelusuran,” ungkap Djap Tet Fa.
Digitalisasi dan Inovasi Teknologi untuk Perkebunan Berkelanjutan
Komitmen tersebut diwujudkan melalui transformasi digital dan pelacakan seluruh proses dalam rantai pasokan sawit.
“Melalui digitalisasi, kami berupaya mengintensifikasikan lahan sekaligus memperkuat praktik perkebunan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Di anak perusahaannya, PT Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi (GSIP), Astra Agro menerapkan sejumlah inovasi teknologi, salah satunya adalah Plantation Information Management System (PIMS).
PIMS merupakan sistem manajemen kebun berbasis data digital yang dikembangkan secara internal, dan mencakup seluruh aktivitas dari perkebunan, transportasi hasil panen, hingga pengolahan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) secara terintegrasi dan real-time.
Selain itu, Astra Agro juga mengembangkan Astra Agro Mandiri Data Analytics (AMANDA) dan Digital Integrated Data Application (DINDA), yang digunakan untuk analisis produktivitas harian serta deteksi dini terhadap anomali operasional di kebun.
Untuk memperkuat pemantauan lapangan, digunakan pula teknologi drone monitoring dan digital field mapping berbasis citra satelit.
Teknologi tersebut membantu dalam pemantauan kondisi tanaman, deteksi area rawan, dan penjadwalan pemeliharaan tanaman secara presisi dan efisien.
Astra Agro juga mengembangkan aplikasi SISKA 2.0, sistem pelacakan tandan buah segar (TBS) berbasis digital, yang mampu menelusuri TBS hingga ke sumbernya.
SISKA 2.0 mempermudah transaksi dari pihak ketiga serta meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam proses distribusi.
“Kami ingin memastikan setiap hektar lahan yang dikelola memberikan hasil optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan sosial dan lingkungan. Dengan inovasi dan komitmen, kami ingin menunjukkan bahwa keberlanjutan dan profitabilitas dapat berjalan beriringan,” tambah Djap Tet Fa.
Komitmen Rantai Pasok Bertanggung Jawab dan Inklusif
Direktur Astra Agro, Bandung Sahari, menambahkan bahwa digitalisasi sektor perkebunan merupakan bagian dari upaya memperkuat ekosistem agribisnis yang inklusif.
Ia menyoroti bahwa cakupan keberlanjutan kini semakin luas dan menghadapi berbagai tuntutan, terutama pada aspek ketertelusuran rantai pasokan.
“Oleh karena itu, penting bagi Astra Agro untuk terus menunjukkan komitmen dengan memastikan bahwa seluruh sumber pasokannya berasal dari sumber yang bertanggung jawab,” ujar Bandung Sahari dalam kunjungan ke area operasional GSIP di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Langkah-langkah konkret yang dilakukan perusahaan antara lain penilaian risiko, penelusuran sumber pasokan, pemantauan, serta pemberian dukungan kepada para pemasok sawit.
Hingga akhir 2024, Astra Agro mencatat pencapaian 100 persen ketertelusuran TBS dari seluruh kategori pemasok ke pabrik milik sendiri.
“Pendekatan kolaboratif ini diharapkan mampu menciptakan rantai pasok sawit yang tangguh, transparan, dan bertanggung jawab,” tutup Bandung Sahari.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Tria Dianti










