
Pantau - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Cirebon mengembangkan Program Desa Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI) di Desa Gunung Kuning, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, dengan tujuan menjadikan desa tersebut sebagai desa wisata ramah difabel sekaligus pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis inklusi keuangan.
“Program Desa EKI di Majalengka ini tidak hanya memperkuat akses keuangan, melainkan mengembangkan desa wisata ramah difabel sebagai keunggulan lokal,” ungkap Kepala OJK Cirebon, Agus Muntholib.
Ia menyebutkan bahwa pengembangan wisata inklusif dilakukan berdasarkan potensi desa dan bertujuan untuk memberikan manfaat ekonomi yang merata.
Sinergi Lembaga dan Fokus pada Literasi Keuangan
Program Desa EKI dijalankan melalui kolaborasi antara OJK, Bank Indonesia, Pemerintah Kabupaten Majalengka, Pemerintah Desa Gunung Kuning, BUMDes Karya Mekar, serta industri jasa keuangan.
Keberhasilan program ini sangat bergantung pada kesiapan masyarakat, kelembagaan desa, dan penguatan ekosistem ekonomi lokal.
Selain fokus pada sektor wisata, program ini juga bertujuan untuk memperluas literasi dan inklusi keuangan bagi masyarakat desa.
Upaya ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap rentenir, bank emok, maupun pinjaman ilegal.
Dengan meningkatnya pemahaman dan akses ke layanan keuangan formal, masyarakat diharapkan menjadi lebih mandiri dan dapat mendorong pembangunan desa wisata berkelanjutan.
Program Desa EKI dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu pra-inkubasi, inkubasi, dan pasca-inkubasi, dengan periode pelaksanaan hingga tahun 2026.
Tahap pra-inkubasi dan inkubasi telah dilakukan dengan fokus pada pemetaan kebutuhan akses keuangan dan pengenalan layanan keuangan formal.
Hasil pemetaan terhadap 108 peserta menunjukkan bahwa 51 persen membutuhkan produk tabungan, 19 persen membutuhkan kredit usaha, 4 persen menginginkan deposito, dan 3 persen membutuhkan pembiayaan kendaraan.
“Tindak lanjutnya adalah pelaksanaan product matching antara perbankan dan industri keuangan non-bank pada Agustus 2025,” jelas Agus.
Inkubasi akan dilanjutkan pada 2026 dengan pendalaman produk dan layanan keuangan untuk memperkuat inklusi keuangan di desa tersebut.
BUMDes Dorong Ekonomi Desa dan Wisata Lokal
Direktur BUMDes Karya Mekar, Yosep Hendrawan, menyatakan dukungannya terhadap pengembangan Desa EKI karena selaras dengan pertumbuhan ekonomi desa dan sektor pariwisata lokal.
BUMDes Karya Mekar mencatat pendapatan bruto sebesar Rp2,4 miliar pada tahun 2024, dan hingga September 2025 telah mencapai Rp2,5 miliar.
Target pendapatan bruto untuk tahun 2025 ditetapkan sebesar Rp3 miliar.
Sementara itu, pendapatan asli desa (PADes) yang telah tersetor hampir mencapai Rp566 juta.
BUMDes saat ini mempekerjakan sekitar 70 pekerja muda desa dengan sistem honor mingguan sebesar Rp1,5 juta per orang.
Destinasi wisata unggulan desa, Situ Cipanten, mengalami peningkatan jumlah pengunjung signifikan.
Hingga September 2025, jumlah wisatawan mencapai 139 ribu orang, mendekati total kunjungan tahun 2024.
Yosep optimistis bahwa target kunjungan tahun ini bisa mencapai 170 hingga 200 ribu orang, seiring meningkatnya popularitas Situ Cipanten sebagai destinasi favorit di Majalengka.
- Penulis :
- Aditya Yohan







