
Pantau - Tenaga Ahli Menteri ESDM Satya Hangga Yudha Widya Putra meyakini Indonesia mampu melalui proses transisi energi dengan memanfaatkan dimetil eter atau DME sebagai alternatif pengganti LPG impor.
Peran DME dalam Transisi Energi
Satya Hangga Yudha Widya Putra menjelaskan bahwa DME diproduksi melalui proses gasifikasi batu bara dan dinilai strategis untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor LPG.
“DME, yang diproduksi melalui gasifikasi batu bara, menjadi alternatif vital untuk menggantikan LPG yang sebagian besar masih diimpor, sekaligus jalan bagi transisi energi yang lebih berkelanjutan,” ungkap Satya Hangga Yudha Widya Putra.
Selain DME, pemerintah juga mendorong pemanfaatan compressed natural gas dan liquified natural gas guna menekan impor LPG.
Ia menjelaskan bahwa LPG tidak hanya digunakan oleh rumah tangga, tetapi juga menjadi kebutuhan penting bagi UMKM, nelayan, dan petani.
Syarat Implementasi dan Tantangan Nasional
Dalam webinar yang digelar Universitas Negeri Pembangunan Veteran Jawa Timur, Satya Hangga Yudha Widya Putra menekankan bahwa implementasi DME skala nasional harus memenuhi empat syarat utama.
“Untuk skala nasional, implementasi DME harus disertai dengan empat syarat utama,” ungkapnya.
Syarat pertama adalah harga yang terjangkau karena masyarakat masih sangat memprioritaskan faktor harga dalam penggunaan energi.
Syarat kedua adalah ketersediaan suplai DME yang didukung infrastruktur memadai dan terintegrasi.
Syarat ketiga adalah aksesibilitas DME yang harus merata ke seluruh lapisan masyarakat.
“Terakhir, kesiapan pengembangan jaringan gas nasional harus diperkuat, karena jargas yang terintegrasi akan menjadi pendukung kuat bagi program DME dan upaya mengurangi impor LPG,” ungkap Satya Hangga Yudha Widya Putra.
Ia menambahkan bahwa kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.500 pulau menimbulkan tantangan logistik yang kompleks.
Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional.
Menurutnya, kebijakan tersebut relevan dengan tugas satuan tugas hilirisasi dan ketahanan energi nasional untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing sumber daya alam.
“Hilirisasi batu bara, misalnya, diwujudkan melalui proses gasifikasi DME. Namun, hilirisasi tidak hanya soal DME, ini juga mencakup pembangunan smelter di sektor mineral,” ungkapnya.
Ia menegaskan keberhasilan transisi energi bergantung pada sinergi lintas kementerian dan lembaga serta dukungan fiskal dan moneter yang kuat.
“Tidak ada artinya inovasi dan penelitian tanpa realitas harga yang terjangkau dan dukungan yang kuat dari semua pihak,” kata Satya Hangga Yudha Widya Putra.
- Penulis :
- Aditya Yohan







