Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Sri Mulyani Waspadai Investor Asing yang Incar Unicorn Indonesia

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Sri Mulyani Waspadai Investor Asing yang Incar Unicorn Indonesia

Pantau.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengingatkan bahwa banyaknya investor global yang ingin memiliki saham perusahaan rintisan Indonesia berlevel "Unicorn" karena mengincar kepemilikan data kegiatan ekonomi masyarakat yang kemudian diolah menjadi produk yang menguntungkan.

Sri Mulyani, mengatakan tidak perlu heran jika melihat saat ini banyak perusahaan "Unicorn" (perusahaan rintisan bervaluasi satu miliar dolar AS), yang banyak diminati oleh investor global, padahal perusahaan tersebut tergolong baru dan belum begitu menjanjikan.

Baca juga: Raup Rp10 Juta Perbulan, Pekerjaan Jasa Pengiriman Dianggap Menjanjikan

Investor-investor tersebut, lanjutnya, mengincar kekayaan data yang dimiliki perusahaan "Unicorn". Data yang merekam kegiatan ekonomi, terutama kegiatan konsumsi dan transaksi masyarakat, kata dia, menjadi komoditas baru yang sangat berharga dalam kegiatan ekonomi saat ini.

"Begitu banyak 'unicorn' kita yang masih baru, begitu banyak orang investasi di sana, mereka hanya 'membakar' uang, karena mereka ingin tahu 'miningnya' (penambangan data) ketika itu menjadi sebuah aset. Kemudian valuasi asetnya akan muncul dan aset itu yang diincar," ujarnya dalam saat peluncuran Data Sampel BPJS Kesehatan.

Ia menganalogikan nilai kepemilikan data ekonomi masyarakat saat ini sama dengan nilai komoditas tambang di Indonesia yang dulu selalu menjadi incaran perusahaan-perusahaan global.

Baca juga: 3 Mobil China yang Niat Bersaing di Tahun 2019, di Indonesia Belum Ada

Saat ini data ekonomi masyarakat adalah komoditas paling berharga. Korporasi-korporasi besar tidak lagi harus repot untuk melakukan survei dalam setiap kegiatan riset bisnis jika sudah menguasai data ekonomi masyarakat.

"Tidak perlu lagi survei, kita bisa buka data dari Bukalapak, Tokopedia, Shoppee. Ini kenapa data adalah komoditas tambang baru. Kalau dulu tambang masih timah, batu bara, berlian, sekarang siapa manusia terkaya semuanya tidak terkait dengan sumber daya alam, tapi sesuatu yang berhubungan dengan data dan teknologi," ujar Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Baca juga: Saham Kraft Heinz 'Nyungsep' 20 Persen karena Konsumen Pilih Makanan Segar

Perburuan data itu adalah implikasi dari terjadinya revolusi industri 4.0 saat ini. Semua misi bisnis, kata dia, banyak yang beralih untuk berorientasi pada konsumen sentris.

"Artinya sekarang ini data jadi sangat penting, dan berikutnya adalah pengelolaan datanya," tambahnya.

Oleh karena itu, ia mengingatkan BPJS Kesehatan untuk mengelola secara hati-hati dan tetap menjaga prinsip kerahasiaan (confidentality) dan keamanan (security) dalam pengelolaan data sampel yang mewakili kepesertaan dan pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Penulis :
Nani Suherni