
Pantau.com - Pasar saham Asia memperpanjang penurunan dalam sebulan ini dan obligasi negara melonjak pada perdagangan Jumat (31/5/2019), pagi, setelah Presiden AS Donald Trump meningkatkan ketegangan perdagangan secara global dengan tiba-tiba menerapkan tarif pada semua barang dari Meksiko, akibatnya mata uang peso jatuh.
Baca juga: Bank Sentral Thailand Dukung Jaringan Blockchain, Indonesia Kapan?
Washington akan mengenakan tarif lima persen mulai 10 Juni, yang kemudian akan terus meningkat menjadi 25 persen, sampai imigrasi ilegal yang melintasi perbatasan Selatan dihentikan.
Trump mengumumkan keputusannya di Twitter pada Kamis 30 Mei 2019, malam, mengejutkan pasar dan memicu serbuan ke tempat-tempat investasi yang aman karena investor khawatir eskalasi akan merusak ekonomi dunia yang sudah rapuh.
"Ancaman tarif AS terhadap Meksiko akan mulai berlaku dalam dua minggu adalah pukulan tajam terhadap sentimen investor," kata Sean Callow, seorang analis senior FX di Westpac.
"Meksiko adalah mitra dagang terbesar AS dan peningkatan ketegangan perdagangan jelas tidak ada dalam radar pasar," tambahnya.
"Ini jelas merupakan kemunduran besar bagi CAD, MXN, dan ribuan bisnis AS yang menggunakan produk-produk buatan Meksiko."
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun dengan cepat jatuh ke level terendah 20-bulan baru di 2,18 persen, sementara dolar melonjak 2,1 persen terhadap peso Meksiko. E-Mini berjangka untuk S&P 500 merosot 0,9 persen, mendorong bursa saham Asia lebih rendah.
Baca juga: Trump, 1.200 Perusahaan AS Bisa Terancam karena Larangan Huawei
Indeks Nikkei Jepang turun 1,2 persen pada awal perdagangan, jatuh sekitar tujuh persen untuk sejauh bulan ini. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang, turun 0,1 persen dan juga jatuh 7,7 persen untuk bulan ini.
Investor jelas khawatir membuka front baru dalam perang perdagangan akan mengancam pertumbuhan global dan AS, serta menekan bank-bank sentral di mana pun untuk mempertimbangkan stimulus baru.
rn- Penulis :
- Gilang