Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Kata SKK Migas, Trik Integrasi Data Bisa Hemat Dana Migas 84 Juta Dolar AS

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Kata SKK Migas, Trik Integrasi Data Bisa Hemat Dana Migas 84 Juta Dolar AS

Pantau.com - Sepertinya tidak ada negara manapun yang hidup tanpa minyak dan gas. Saking pentingnya sumber migas ini, banyak negara yang rela untuk melakukan inovasi diberbagai bidang agar bisa menemukan cadangan sumber migas baru. 

Hal serupa juga tentunya dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dong. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menegaskan sistem 

Integrated Operation Center (IOC) berpotensi mengefisiensi anggaran pemeliharaan fasilitas migas hingga $84 juta dolar AS (Rp1,1 triliun lebih) di tahun 2019.

"Di tengah perkembangan dunia yang sangat pesat serta kebutuhan atas energi minyak dan gas yang semakin meningkat, penggunaan teknologi dalam usaha hulu merupakan sebuah keharusan dimana kerumitan area operasi dan eksplorasi juga semakin menantang," ujarnya dilansir situs resmi SKK Migas, Selasa (9/7/2019). 

Baca juga: Begini Duka Lara Mencari Cadangan Migas Baru RI yang Bikin Nyesek

Lalu apa itu IOC? 

Dwi Soetjipto menjabarkan IOC merupakan sebuah sistem integrasi data yang mencakup beberapa aplikasi/layanan pengelolaan kinerja operasi Kontraktor Kontrak Kerja Sama. 

Jadi nantinya layanan dan aplikasi yang tergabung di dalam IOC antara lain Integrated Operation System (SOT) for Production Dashboard, Oil and Gas Lifting Dashboard, Stock Management Dashboard, Plant Information Management System (PIMS), Facility Maintenance Monitoring and Project Monitoring, Vessel Tracking Information System (VTIS), Real Time Drilling Operation, dan Emergency Response Center (ERC).

Baca juga: Pertamina EP Temukan Cadangan Gas di Sulawesi Tengah

"Adanya satu data mempermudah analisis dan promosi saat kepada calon investor dari luar negeri," tambahnya.

Lebih jelasnya ia menegaskan dalam 10 tahun ke depan harga minyak mentah global diperkirakan masih berfluktuasi di posisi US$70-US$50 per barel. Level itu menandakan harga tidak lagi dalam posisi tinggi dalam jangka panjang, sehingga penting melakukan efisiensi di sektor hulu migas.

Apalagi jika kita menengok ke belakang, realisasi lifting migas hingga Juni 2019 mencapai 89 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 2 juta bopd. Total lifting migas sebesar 1,8 juta barel setara minyak per hari (boepd) dengan rincian lifting minyak 752 ribu barel per hari (bopd) dan lifting gas 1,06 juta boepd.

Target lifting migas 2019 diproyeksikan tercapai di semester dua tahun 2019 mengingat 8 dari 11 proyek akan onstream di semester dua tahun 2019.


Penulis :
Nani Suherni