
Pantau.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih mewaspadai kondisi perekonomian global pada tahun depan. Terlebih, sepanjang 2019, kondisi perekonomian global terus bergejolak yang berimbas pada ekonomi di beberapa negara.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, mengatakan dalam rangka menghadapi ketidakpastian ini pemerintah harus pintar mencari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang baru. Maka dari itu, dibutuhkan kreativitas untuk mencari sumber-sumber baru ekonomi negara ini.
"Kita enggak boleh lengah. Kita harus cari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru yang harus kita ciptakan,” ujar Wimboh Santoso, Rabu (25/12/2019).
Baca juga: Harga Emas Antam Anjlok Terpapar Ekonomi Global
Di sisi lain, lanjutnya, ia juga meminta kepada para pelaku pasar untuk meningkatkan ekspor untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 mendatang. Pemerintah juga perlu untuk mencari pasar baru dan bisa melihat peluang komoditas yang dibutuhkan negara negara lain dunia.
“Kita olah bersama sama, yang bisa memperluas kesempatan kerja dan memperbesar ekspor. Dan juga kita harus lebih efisien,” kata Wimboh.
Wimboh juga menyebut, peran OJK sebagai regulator dapat berperan melalui berbagai kebijakan dalam mempercepat proses perizinan. Sehingga, sektor keuangan dapat proaktif dalam mendongkrak pertumbuhan.
“Prosesnya cepat perizinan kita sinergi seluruh sektor dan untuk sektor keuangan harus lebih proaktif untuk mendorong pertumbuhan,” ucapnya.
Baca juga: DPR Minta Sri Mulyani Siapkan Mitigasi Risiko Hadapi Ekonomi Global
Selain itu, Wimboh juga akan mendorong para perbankan bisa memiliki kinerja yang lebih baik lagi. Sehingga bisa menutupi kinerja yang kurang baik dari tahun sebelumnya.
Wimboh mengaku, sepanjang tahun ini industri lembaga keuangan tidak begitu menggembirakan. Namun yang perlu disyukuri, di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi dunia, Indonesia masih mencatat pertumbuhan yang positif.
“Ya enggak apa-apa ini kan juga imbas ekonomi dunia mau enggak mau akan berimbas kepada kita. Seluruh dunia. Kita masih mending pertumbuhan kita di atas 5%. Negara lain lebih parah,” tukasnya.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta