
Pantau.com - Harga minyak melonjak di perdagangan Asia pada Senin (20/1/2020), setelah dua basis produksi minyak mentah besar di Libya mulai ditutup di tengah blokade militer. Akibatnya, aliran minyak mentah dari anggota OPEC itu akan terpangkas menjadi lebih sedikit.
Diketahui, harga minyak mentah kontrak naik lebih dari satu persen dibanding posisi penutupan pekan lalu. Harga minyak mentah masing-masing naik 1,11 persen dan ditutup di level USD65,58/barel untuk Brent dan USD58,19/barel untuk WTI.
Pemicu dari kenaikan harga minyak ini adalah kembali panasnya Libya. Sejak pelengseran Muammar Qadafi pada 2011, Libya dilanda krisis.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun Seiring Redanya Konflik Geopolitik Timur Tengah
Kini Libya terpecah menjadi dua yaitu kubu Government of National Accord (GNA) yang dipimpin oleh Perdana Menteri Fayez al-Saraj dan Libyan National Amy (LNA) pimpinanJenderal Khalifa Haftar. GNA merupakan pemerintahan yang didukung dan diakui PBB.
Namun sejak April lalu, LNA terus menerus melancarkan serangan ke ibu kota Tripoli. LNA ingin mengepung dan menguasai ibu kota yang dikuasai GNA. Saat ini LNA sendiri menguasai sebagian besar wilayah timur Libya.
Haftar keluar dari KTT Turkish-Rusia minggu lalu dan konflik tereskalasi setelah Haftar memerintahkan untuk menutup ladang minyak Libya. Hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh perusahaan minyak nasional Libya.
Baca juga: Harga Minyak Naik Dipicu Penurunan Jumlah RIG AS
Pada hari Minggu 19 Januari 2020, perusahaan minyak nasional Libya mengatakan bahwa dua ladang minyak utama di bagian barat daya El Sahara dan El Feel ditutup setelah pasukan setia Haftar memblokade saluran minyak yang ada.
Seperti diberitakan Reuters, penutupan minyak ini akan menyebabkan produksi minyak Libya menjadi 72.000 barel per hari (bpd) dari sebelumnya sebanyak 1,2 juta bpd, kecuali penghalang tersebut diangkat. Pasokan yang terganggu membuat harga minyak melesat di bursa pada hari ini.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta