Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Meski Pandemi COVID-19, Daya Beli Petani Sulut Justru Meningkat

Oleh Tatang Adhiwidharta
SHARE   :

Meski Pandemi COVID-19, Daya Beli Petani Sulut Justru Meningkat

Pantau.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan daya beli petani di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pada Oktober 2020 mengalami peningkatan, kendati di tengah pandemi virus korona (COVID-19).

"Daya beli petani yang mengalami peningkatan ini meningkat, tercermin pada Nilai Tukar Petani (NTP) pada Oktober 2020 naik 1,66 persen," kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, Norma Regar, di Manado.

Baca juga: NTP dan NTUP Terus Naik, Kementan Beri Apresiasi Petani

Norma mengatakan NTP sebesar 97,64 di bulan September menjadi 99,26 di Oktober. Membaiknya NTP ini disebabkan Indeks yang diterima petani mengalami kenaikan yang lebih tajam dibandingkan kenaikan Indeks yang dibayar petani.

Sementara, untuk NTP tahun kalender mengalami kenaikan 0,73 persen. Begitu pun secara YoY (tahun ke tahun) juga mengalami kenaikan 1,63 persen. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat daya beli petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani.

"Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik," kata Norma.

Sementara, untuk Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) naik 1,99 persen; dari nilai 97,51 di bulan September menjadi 99,44 di bulan Oktober.

Baca juga: BPS: Nilai Tukar Petani Oktober 2020 Naik 0,58 Persen

NTUP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM).

Dengan dikeluarkannya konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Penulis :
Tatang Adhiwidharta