billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Food & Travel

Lontong Cap Go Meh, Perpaduan Budaya Tionghoa dan Nusantara yang Sarat Makna

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Lontong Cap Go Meh, Perpaduan Budaya Tionghoa dan Nusantara yang Sarat Makna
Foto: Ketupat cap go meh. (ANTARA/ Putri Hanifa)

Pantau - Lontong Cap Go Meh bukan hanya sajian kuliner biasa. Di balik kelezatannya, tersimpan sejarah panjang yang mencerminkan perpaduan budaya Tionghoa dan Nusantara. Hidangan ini melambangkan keberagaman, doa, serta harapan, dan selalu hadir dalam perayaan Cap Go Meh, yang merupakan hari ke-15 sekaligus penutup rangkaian Tahun Baru Imlek.

Asal-Usul Lontong Cap Go Meh

Lontong Cap Go Meh diyakini berasal dari tradisi masyarakat Tionghoa Peranakan di Jawa, khususnya di Semarang dan Surabaya. Pada masa kolonial, keturunan Tionghoa yang menetap di Indonesia mulai mengadaptasi budaya dan kuliner setempat. Salah satunya adalah bubur putih yang biasa disantap saat Cap Go Meh di Tiongkok. Namun, dalam budaya Jawa, bubur sering dikaitkan dengan makanan orang sakit, sehingga kurang cocok untuk perayaan. Sebagai gantinya, mereka menggunakan lontong, sajian berbahan dasar beras yang lebih sesuai dengan tradisi kuliner Nusantara. Dari sinilah, lahir hidangan khas yang kini dikenal sebagai Lontong Cap Go Meh.

Baca juga: Rayakan Tahun Baru Imlek 2025 di Hong Kong dengan Beragam Acara Menarik

Makna Simbolis di Balik Lontong Cap Go Meh

Selain lezat, hidangan ini juga memiliki makna filosofis yang mendalam:

  • Lontong melambangkan harapan akan umur panjang dan kesejahteraan. Bentuknya yang lonjong menyerupai gulungan kertas yang mencerminkan ilmu dan kebijaksanaan.
  • Opor ayam melambangkan keberuntungan dan kemakmuran, karena dalam budaya Tionghoa, ayam dianggap sebagai simbol kesejahteraan.
  • Telur pindang melambangkan kesempurnaan dan awal yang baru, sejalan dengan semangat Tahun Baru Imlek.
  • Sambal goreng ati melambangkan ketulusan dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan.
  • Sayur labu siam dipercaya membawa keseimbangan dan keselarasan.

Dengan beragam lauk dalam satu sajian, Lontong Cap Go Meh juga merepresentasikan kebersamaan serta hubungan harmonis antara budaya Tionghoa dan Indonesia. Awalnya, hidangan ini hanya dibuat di rumah-rumah keluarga Tionghoa Peranakan sebagai bagian dari tradisi Cap Go Meh. Namun, seiring waktu, popularitasnya meningkat dan kini dapat ditemukan di berbagai restoran serta warung makan, terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jakarta. Kini, Lontong Cap Go Meh tidak hanya dinikmati oleh masyarakat Tionghoa, tetapi juga oleh banyak orang dari berbagai latar belakang.

Baca juga: 12 Makanan Keberuntungan Imlek yang Dipercaya Membawa Kemakmuran dan Kebahagiaan

Hidangan ini telah menjadi bagian dari kuliner khas Nusantara, membuktikan bahwa makanan bukan sekadar soal rasa, tetapi juga sejarah, identitas, dan persatuan budaya. Saat menyantap sepiring Lontong Cap Go Meh, seseorang tidak hanya menikmati kelezatan rempah dan gurihnya kuah opor, tetapi juga turut merayakan warisan budaya yang telah bertahan berabad-abad.

Ketupat Cap Go Meh Gloria: Hidangan Legendaris yang Dinanti

Di kawasan Metro Atom Pasar Baru, terdapat kuliner legendaris yang selalu dinantikan saat Cap Go Meh, yaitu Ketupat Cap Go Meh Gloria Ny. Kartika Tjandra. Sejak tahun 1965, hidangan ini telah menjadi bagian dari tradisi yang mempertemukan budaya Tionghoa dan Nusantara, menghadirkan makna kebersamaan dalam setiap suapan.

Awalnya, warung ini berada di kawasan Gloria, Pancoran, tersembunyi di gang kecil di samping pertokoan. Dari generasi ke generasi, resep dan racikan bumbunya tetap dipertahankan tanpa perubahan berarti. "Tidak ada yang spesial, tapi kalau sudah mencoba, pasti suka," ujar Liana, generasi kedua yang kini meneruskan usaha keluarganya.

Bagi pelanggan setianya, hidangan ini lebih dari sekadar makanan biasa. Setiap porsinya membawa kenangan tentang tradisi, kehangatan keluarga, serta perayaan yang penuh makna. Berbeda dengan ketupat sayur pada umumnya, Ketupat Cap Go Meh hadir dengan aneka lauk yang menggugah selera.

Baca juga: Perayaan Tahun Baru Imlek 2025: Dari Persiapan Hingga Festival Lentera

Kelezatan dalam Seporsi Ketupat Cap Go Meh

Satu porsi lengkap biasanya terdiri dari ketupat, ayam kampung berbumbu kari atau opor, tahu, telur bebek, tempe, kentang, sayur labu, sambal goreng petai, ati ampela, serta urat sengkel. Kombinasi ini menciptakan perpaduan rasa yang kaya—gurih, manis, pedas, dan penuh rempah. Salah satu lauk favorit pelanggan adalah sambal goreng petai, yang memiliki aroma khas dan cita rasa kuat, semakin memperkaya kenikmatan setiap suapan.

Selain cita rasa yang istimewa, kualitas bahan menjadi prioritas utama di tempat ini. Semua bahan yang digunakan adalah bahan premium, seperti ayam kampung, telur bebek, dan cabai pilihan terbaik. Setiap bahan dipilih dengan cermat untuk memastikan rasa autentiknya tetap terjaga dari tahun ke tahun.

Menjelang perayaan Imlek dan Cap Go Meh, dapur Ketupat Cap Go Meh Gloria mulai sibuk sejak dini hari. Sejak pukul lima pagi, para pekerja sudah mulai memasak untuk memastikan semua bahan siap sebelum pelanggan berdatangan. Inilah momen paling sibuk dalam setahun, ketika banyak orang berbondong-bondong mencari hidangan khas yang telah menjadi bagian dari tradisi keluarga mereka.

Bagi banyak orang, menikmati seporsi Ketupat Cap Go Meh di penghujung rangkaian perayaan Imlek bukan hanya sekadar menyantap makanan lezat, tetapi juga merayakan kebersamaan dan mempertahankan warisan budaya. Seiring berjalannya waktu, warung ini tetap setia menjaga cita rasanya, menjadi saksi bisu perubahan zaman, sekaligus bagian yang tak terpisahkan dari perayaan Imlek di Jakarta.

Baca juga: Mengungkap Makna di Balik Barang-barang Khas Imlek

Penulis :
Latisha Asharani