HOME  ⁄  Food & Travel

Sejarah Kelam Conciergerie, Dari Istana Kerajaan hingga Penjara Revolusi Prancis

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Sejarah Kelam Conciergerie, Dari Istana Kerajaan hingga Penjara Revolusi Prancis
Foto: Conciergerie, bangunan megah di pusat kota Paris (introducingparis.com)

Pantau - Conciergerie, bangunan megah di pusat Paris, menyimpan sejarah panjang yang mencerminkan pergolakan politik Prancis. Dahulu merupakan istana kerajaan, tempat ini kemudian berubah menjadi penjara brutal pada masa Reign of Terror di era Revolusi Prancis. Ribuan tahanan, termasuk Ratu Marie Antoinette, menghadapi pengadilan singkat sebelum dijatuhi hukuman mati di guillotine. Keanggunan arsitekturnya yang kontras dengan masa lalunya yang kelam menjadikan Conciergerie sebagai simbol perubahan besar dalam sejarah Prancis, dari monarki absolut hingga republik modern. Kini, bangunan ini menjadi situs bersejarah yang menarik wisatawan dan sejarawan dari seluruh dunia.

Dari Benteng Romawi ke Istana Kerajaan

Pada abad ke-1 hingga ke-3, bangsa Romawi membangun benteng di tepi barat Île de la Cité untuk melindungi kota Lutetia, cikal bakal Paris. Fungsinya tetap vital hingga abad ke-6 ketika Raja Clovis dari dinasti Merovingian menjadikannya ibu kota.

Seiring waktu, pentingnya wilayah ini sempat meredup, sebelum akhirnya kembali menjadi pusat kekuasaan saat Paris ditetapkan sebagai ibu kota Prancis. Pada akhir abad ke-10, sebuah benteng besar dibangun di atas reruntuhan benteng Romawi untuk dijadikan istana kerajaan, yang dikenal sebagai Palais de la Cité. Bangunan ini menjadi cikal bakal Conciergerie.

Baca juga: Fakta Menarik Tentang Replika Patung Liberty di Paris

Masa Keemasan sebagai Istana

Selama tiga abad berikutnya, istana ini terus berkembang. Pada 1190, Raja Philip II memindahkan arsip kerajaan ke dalamnya sebelum berangkat ke Perang Salib Ketiga. Saat itu, ia menunjuk seorang penjaga, yang disebut "Concierge", untuk mengelola istana—nama yang kemudian diwariskan ke bangunan ini.

Pada masa pemerintahan Philip IV (1285-1314), Grand Hall dan dua menara megah dibangun. Hall ini lalu menjadi tempat sidang parlemen Prancis, menandai peran pentingnya dalam pemerintahan.

Transformasi Menjadi Penjara

Pada era Charles V (1364-1380), fungsi bangunan ini berubah drastis. Sang raja memindahkan kediamannya ke Istana Louvre dan Hôtel Saint-Pol, sementara pengelolaan Palais de la Cité diserahkan sepenuhnya kepada Concierge. Seiring waktu, ruangan-ruangan di dalamnya diubah menjadi penjara bagi para kriminal dan tahanan politik.

Sistem tahanan saat itu sangat timpang. Kaum kaya mendapatkan sel pribadi dengan tempat tidur dan fasilitas menulis, sementara tahanan miskin ditempatkan di sel yang sempit, lembap, dan dipenuhi tikus, dikenal sebagai oubliettes atau "tempat terlupakan". Ketimpangan ini mencerminkan ketidakadilan sosial di Prancis yang akhirnya memicu Revolusi Prancis pada akhir abad ke-18.

Baca juga: Galerie Vivienne, Destinasi Bersejarah yang Jadi Pusat Belanja Kalangan Elite di Paris

Conciergerie dan Revolusi Prancis

Pada 1788-1793, rakyat bangkit melawan aristokrasi Prancis, menghapus feodalisme, menggulingkan monarki, dan mengambil alih kekuasaan gereja. Sebagai pusat parlemen, Conciergerie memainkan peran penting dalam peristiwa ini.

Pada 5 Mei 1788, parlemen menolak meninggalkan gedung, menentang perintah raja untuk menyerahkan dua anggotanya. Namun, seiring revolusi berlanjut, parlemen sendiri menjadi tidak populer dan dibubarkan pada 1790. Gerbang Conciergerie pun dibuka untuk umum, menandai babak baru dalam sejarahnya.

Masa Teror dan Eksekusi Massal

Pada Agustus 1792, Komune Paris pertama merebut Conciergerie dan mengambil alih pemerintahan. Dalam peristiwa Pembantaian September, 1.300 tahanan dibunuh dalam empat hari, sebagian besar karena dianggap aristokrat atau anti-revolusi.

Tak lama kemudian, Pengadilan Revolusi dibentuk di Grand Hall—yang kemudian dinamai Hall of Liberty. Dalam 780 hari, pengadilan ini menjatuhkan 2.780 hukuman mati, termasuk terhadap Marie Antoinette yang dieksekusi pada 16 Oktober 1793.

Pada 1794, kelompok revolusioner yang lebih moderat menggulingkan pemimpin mereka, Maximilien Robespierre. Ia dieksekusi bersama kepala pengadilan, dan Pengadilan Revolusi dibubarkan, mengakhiri masa teror.

Baca juga: Menyusuri Keajaiban dan Sejarah Mengerikan Catacombs Paris

Conciergerie di Era Modern

Setelah Revolusi Prancis, hukuman mati tetap diberlakukan di Conciergerie. Bahkan, saat monarki dipulihkan pada 1814, banyak revolusioner yang dieksekusi sebagai bentuk balas dendam.

Meskipun mengalami berbagai renovasi, tempat ini tetap terkenal sebagai penjara mengerikan hingga akhirnya ditutup pada 1934. Kini, Conciergerie telah menjadi monumen bersejarah, menyajikan arsitektur abad pertengahan yang memukau sekaligus menjadi pengingat kelam sejarah Paris.

Informasi Kunjungan

Saat ini, Conciergerie dapat dikunjungi setiap hari mulai pukul 09.30 hingga 18.00. Tiket masuk seharga 11,5€, namun gratis bagi pengunjung di bawah 25 tahun atau penyandang disabilitas. Pemesanan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum berkunjung.

Conciergerie berdiri sebagai saksi bisu atas perjalanan panjang sejarah Prancis, dari istana kerajaan hingga penjara yang menampung ribuan tahanan selama Revolusi Prancis. Meski dulu menjadi tempat penderitaan dan ketidakadilan, kini bangunan megah ini bertransformasi menjadi situs bersejarah yang mengedukasi dan mengingatkan dunia akan pentingnya keadilan dan kebebasan. Dengan keindahan arsitektur yang masih terjaga, Conciergerie menjadi destinasi wisata yang tidak hanya menawarkan kemegahan masa lalu, tetapi juga kisah-kisah yang menggugah tentang perjuangan rakyat Prancis dalam membentuk masa depan mereka.

Baca juga: Wall of Love, Destinasi yang Wajib Dikunjungi di Paris

Penulis :
Latisha Asharani
Editor :
Latisha Asharani