
Pantau - Di bawah jalanan sibuk Paris, tersembunyi dunia yang misterius: Paris Catacombs. Jaringan terowongan dan galeri ini menyimpan rahasia yang mengerikan—tulang-belulang lebih dari enam juta orang Paris. Pengunjung yang turun 243 anak tangga, setara dengan gedung lima lantai, memasuki perjalanan sepanjang 1,5 kilometer melalui lorong-lorong gelap yang mencakup area 11.000 meter persegi.
Sejarah Awal Catacombs Paris
Catacombs Paris berawal pada abad ke-18, sebagai solusi atas masalah geologis dan kepadatan pemakaman. Pada masa itu, penambangan batu kapur dan gypsum di bawah Paris menyebabkan terjadinya lubang tanah yang berbahaya. Selain itu, pemakaman di luar kota semakin sesak akibat pertumbuhan jumlah penduduk. Pada 1780, dinding di Pemakaman Orang-Orang Tak Berdosa runtuh, menyebarkan tulang manusia ke ruang bawah tanah. Keadaan sanitasi yang buruk ini mendorong pemerintah untuk mencari solusi alternatif.
Transformasi menjadi Ossuarium
Untuk mengatasi masalah tersebut, bekas tambang Tombe-Issoire di bawah dataran Montrouge diubah menjadi ossuarium bawah tanah pada 1785. Proses pemindahan tulang-belulang dilakukan secara teratur, yang kemudian dikenal sebagai Catacombs Paris. Pada abad ke-19, bawah tanah ini diubah oleh Louis-Étienne Héricart de Thury menjadi mausoleum yang dapat dikunjungi. Selain menata tengkorak dan tulang paha dalam pola yang rumit, dekorasi dari pemakaman Tombe-Issoire juga dipasang untuk menambah suasana misterius.
Baca juga: Fakta Menarik Tentang Replika Patung Liberty di Paris
Pembukaan untuk Umum
Catacombs Paris resmi dibuka pada 7 April 1786, dan pada 1809, Napoleon Bonaparte memerintahkan tempat ini dibuka untuk umum melalui janji temu. Dengan latar belakang Revolusi Prancis yang penuh kematian, catacombs menjadi tempat yang tak hanya untuk berduka, namun juga menarik perhatian para pengunjung yang tertarik dengan sejarah kelamnya. Meski sempat ditutup, permintaan publik untuk mengunjungi catacombs meningkat dan kini tersedia tur yang menjelaskan sejarah dan signifikansi tempat ini.
Keunikan dan Misteri Catacombs
Setibanya di dalam, pengunjung akan melihat prasasti yang mengerikan, "Arrête, c'est ici l'empire de la Mort" yang artinya “Berhenti, ini adalah kerajaan Kematian.” Catacombs ini memperlihatkan sisa-sisa manusia yang disusun membentuk lengkungan, kolom, dan dinding, memberikan kesan seni yang kelam. Tanpa tanda kuburan individu, tulang-belulang orang dari berbagai kelas sosial dan zaman berbaris berdampingan, mencerminkan kesetaraan dalam kematian.
Cataphiles: Penjelajah Bawah Tanah
Selain pengunjung biasa, catacombs juga menjadi tempat jelajah bagi kelompok yang dikenal sebagai cataphiles. Meskipun sebagian besar terowongan di bawah Paris ditutup untuk umum sejak 1955, cataphiles terus mengeksplorasi lorong-lorong tersembunyi. Pada 2004, sebuah bioskop yang dilengkapi dengan layar, kursi, dan restoran ditemukan di bawah Trocadéro, yang diyakini milik kelompok cataphiles.
Baca juga: Galerie Vivienne, Destinasi Bersejarah yang Jadi Pusat Belanja Kalangan Elite di Paris
Pemanfaatan Catacombs dalam Sejarah
Catacombs juga berfungsi sebagai markas besar untuk Perlawanan Prancis selama pendudukan Nazi pada 1944. Dalam dunia hiburan, catacombs digunakan sebagai latar film horor "As Above, So Below" pada 2014. Tahun 2015, Airbnb menawarkan pengalaman menginap di catacombs seharga 350 ribu euro. Namun, tidak semua aktivitas di catacombs berizin—pada 2017, pencuri mencuri lebih dari 250 ribu euro wine dari sebuah gudang yang terhubung dengan catacombs.
Catacombs dan Perubahan Iklim
Catacombs Paris juga menawarkan peluang keberlanjutan. Dengan suhu yang tetap stabil, terowongan ini memiliki potensi sebagai sumber energi geotermal. Pemanfaatan energi ini bisa menjadi solusi untuk mengatur suhu gedung di musim panas dan memberikan kehangatan di musim dingin, sejalan dengan upaya Paris untuk menjadi kota hijau pada 2030.
Catacombs Paris bukan hanya tempat bersejarah yang menyimpan jejak kehidupan dan kematian kota ini, namun juga menjadi simbol misteri dan daya tarik yang tak terhapuskan.
Baca juga: Wall of Love, Destinasi yang Wajib Dikunjungi di Paris
- Penulis :
- Latisha Asharani