
Pantau - Kematian pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dalam serangan udara yang dilakukan Israel di Beirut, Lebanon, pada Jumat (27/9/2024), telah memicu ketegangan baru di kawasan tersebut. Selain Nasrallah, lebih dari 20 anggota Hizbullah lainnya juga dilaporkan tewas, termasuk dua rekan dekatnya, Ibrahim Hussein Jazini dan Samir Tawfiq Dib. Serangan ini menargetkan markas bawah tanah Hizbullah yang diduga menjadi pusat komando operasi kelompok tersebut.
Konfirmasi resmi dari Hizbullah mengenai tewasnya Nasrallah dan beberapa pemimpin senior kelompok itu pada Sabtu (28/9) memperkuat ketegangan yang telah berlangsung selama beberapa bulan antara Hizbullah dan Israel. Kematian Ali Karake, komandan senior Hizbullah di Lebanon selatan, turut memperburuk situasi. Serangan ini juga dianggap sebagai pukulan telak bagi struktur kepemimpinan Hizbullah, yang selama ini memegang peran strategis dalam operasi lintas batas dengan Israel.
Baca Juga:
Lebanon Tutup Semua Kantor Publik di Hari Pemakaman Hassan Nasrallah
Para analis memperkirakan bahwa kematian Nasrallah akan memicu gelombang aksi balasan dari Hizbullah. Kelompok ini memiliki sejarah panjang konfrontasi dengan Israel dan telah beberapa kali melancarkan serangan sebagai tanggapan atas serangan udara. Potensi eskalasi konflik di Lebanon menjadi semakin nyata, terutama karena situasi di Gaza sudah memanas setelah serangan besar oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.
Pengalihan fokus militer Israel dari Gaza ke Lebanon dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan bahwa negara tersebut memperhitungkan ancaman dari Hizbullah sebagai bagian dari strategi keamanan regional. Serangan yang menargetkan pemimpin-pemimpin kunci Hizbullah ini dipandang sebagai upaya untuk melemahkan jaringan operasional kelompok tersebut dan menekan aktivitas militernya di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel.
Meski demikian, dampak dari tewasnya Hassan Nasrallah terhadap dinamika politik dan militer di Lebanon masih harus dilihat. Hizbullah kemungkinan akan menghadapi tantangan dalam mengisi kekosongan kepemimpinan, namun kelompok tersebut juga memiliki struktur yang kuat dan jaringan dukungan luas di dalam negeri.
Dengan ketegangan yang terus meningkat, wilayah Lebanon dan perbatasan Israel kini berada dalam situasi yang semakin genting, dan risiko eskalasi konflik lebih lanjut semakin tinggi.
- Penulis :
- Ahmad Ryansyah