
Pantau - Nilai ekspor komoditas Australia diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 8,5 persen selama dua tahun ke depan akibat meningkatnya hambatan perdagangan global.
Penurunan tersebut tercantum dalam laporan kuartalan terbaru Resources and Energy Quarterly (REQ) yang dirilis oleh Departemen Perindustrian, Ilmu Pengetahuan, dan Sumber Daya Australia pada Senin, 30 Juni 2025.
Proyeksi dan Dampak Penurunan Ekspor
Laporan tersebut menyatakan bahwa meskipun volume ekspor komoditas Australia diperkirakan akan meningkat secara moderat, pendapatan dari sektor tersebut justru akan menurun.
Nilai total ekspor diproyeksikan turun dari 385 miliar dolar Australia pada periode 2024–2025 menjadi 352 miliar dolar Australia pada 2026–2027.
Penurunan ini dipicu oleh meningkatnya hambatan perdagangan global dan ketidakpastian terkait tingginya hambatan tersebut, terutama dalam hubungan dagang antara Amerika Serikat dan mitra-mitra utamanya.
Kondisi ini menyebabkan para pelaku bisnis dan pelanggan global mengambil pendekatan wait and see, sehingga aktivitas perdagangan turut melemah.
"Meningkatnya kehati-hatian telah menyebabkan pelemahan lebih lanjut dalam aktivitas. Ketidakpastian terkait hal ini kemungkinan akan berdampak terhadap permintaan komoditas dunia, mengingat negara-negara yang disuplai Australia akan ikut terdampak," ungkap laporan tersebut.
Respons Pemerintah Australia
Dalam konferensi pers yang digelar di Canberra pada Senin pagi waktu setempat, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyampaikan keberatan atas tarif tinggi dari Amerika Serikat terhadap produk Australia.
"Pemerintah memberikan argumen yang sangat jelas bahwa tarif AS terhadap impor dari Australia, yang saat ini sebesar 10 persen, seharusnya dihapus," ia mengungkapkan.
Menurut Albanese, penghapusan tarif tersebut penting untuk mendukung perdagangan yang lebih terbuka dan memulihkan permintaan ekspor komoditas Australia.
- Penulis :
- Leon Weldrick