Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

PBB Nyatakan Gaza Alami Kelaparan Resmi, Pertama Kali di Timur Tengah

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

PBB Nyatakan Gaza Alami Kelaparan Resmi, Pertama Kali di Timur Tengah
Foto: (Sumber: Lebih dari setengah juta orang di Jalur Gaza, atau sekitar seperempat dari populasinya, terjebak dalam kelaparan, yang merupakan "bencana buatan manusia, sebuah kecaman terhadap buruknya moral, dan kegagalan kemanusiaan itu sendiri." (Xinhua))

Pantau - Sebuah laporan yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi menyatakan bahwa kelaparan tengah terjadi di beberapa wilayah Jalur Gaza, menandai kejadian kelaparan pertama yang diakui secara formal di wilayah Timur Tengah.

Laporan tersebut dirilis pada Jumat (22/8) oleh IPC (Integrated Food Security Phase Classification), otoritas internasional yang memantau dan mengklasifikasikan krisis pangan global.

Kelaparan di Gaza mencerminkan memburuknya kondisi kemanusiaan yang signifikan dan diperkirakan akan membawa dampak politik internasional yang besar.

Lebih dari Setengah Juta Warga Gaza Terjebak Kelaparan

Menurut laporan IPC, lebih dari 500.000 orang, atau sekitar seperempat dari populasi Gaza, terperangkap dalam situasi kelaparan.

Wilayah yang paling terdampak meliputi Gaza City, Deir al-Balah, dan Khan Younis, dengan kondisi paling parah terjadi di Gaza Utara.

Suatu wilayah dikategorikan mengalami kelaparan apabila:

  • 20 persen rumah tangga menghadapi kerawanan pangan ekstrem.
  • 30 persen anak-anak menderita malanutrisi akut.
  • Dua dari 10.000 orang meninggal dunia setiap hari akibat kelaparan dan komplikasinya.

"Tak ada lagi kata" yang bisa menggambarkan kondisi Gaza selain "kelaparan", tegas Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, yang menyebut Gaza sebagai "neraka dunia".

Ia juga menyatakan, "Ini merupakan bencana buatan manusia, sebuah kecaman terhadap buruknya moral, dan kegagalan kemanusiaan itu sendiri."

Krisis Pangan Meningkat Tajam

Hingga akhir September 2025, diperkirakan 640.000 orang akan menghadapi tingkat kerawanan pangan tertinggi, dan 1,14 juta lainnya berada pada tingkat darurat pangan.

Kerusakan besar terjadi pada sektor pertanian, dengan sekitar 98 persen lahan di Gaza rusak atau tidak dapat diakses.

Kondisi ini diperparah oleh pelarangan masuknya pasokan makanan dan kebutuhan dasar ke wilayah tersebut.

"Ini adalah kelaparan yang disengaja dan dibuat oleh Pemerintah Israel," ungkap Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal UNRWA.

Anak-Anak Jadi Kelompok Paling Rentan

Krisis ini sangat berdampak pada anak-anak. Pada Juli saja, lebih dari 12.000 anak mengalami malanutrisi akut—angka ini naik enam kali lipat sejak awal tahun.

Satu dari lima bayi lahir prematur atau dengan berat badan rendah.

Diperkirakan 43.400 anak dan 55.000 wanita hamil atau menyusui akan menghadapi risiko malanutrisi yang mengancam jiwa pada pertengahan 2026.

Di Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza City, dokter anak Ahmed Yousef menyatakan, "Kami kehilangan banyak anak karena kurangnya obat-obatan dan nutrisi khusus."

Kondisi Lapangan Semakin Memburuk

Pada Jumat, dua kematian akibat kelaparan kembali dilaporkan, menambah total kematian menjadi 273 jiwa sejak konflik Palestina-Israel kembali pecah pada Oktober 2023.

Di Gaza City, hampir 40 persen warga tidak makan selama berhari-hari. Orang dewasa kerap melewatkan makan agar anak-anak mereka tetap bisa makan.

Hadi Al-Sorani, warga Gaza, mengaku hanya makan sekali sehari demi anak-anaknya.

Umm Ahmed, ibu tiga anak, hanya memberikan roti pipih kepada anak-anaknya selama berminggu-minggu. Putranya yang berusia lima tahun tampak kurus dan kelelahan akibat kekurangan makanan.

Tekanan Internasional Meningkat

Meskipun Kantor Perdana Menteri Israel membantah adanya kelaparan di Gaza, para analis menilai laporan IPC memiliki legitimasi kuat karena menggunakan sistem pengukuran internasional yang terverifikasi.

"Sebagai kekuatan pendudukan, Israel memiliki kewajiban... untuk memastikan pasokan makanan dan medis bagi penduduknya," tegas Antonio Guterres.

Philippe Lazzarini juga menambahkan bahwa krisis kelaparan ini masih bisa dicegah, asalkan ada gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan diizinkan masuk.

Kementerian Luar Negeri Palestina menyerukan tindakan internasional tegas agar Israel "segera menghentikan kejahatan genosida, pemindahan, dan aneksasi" demi menghentikan dan mencegah kelaparan lebih lanjut.

Penulis :
Aditya Yohan