
Pantau - Kepala urusan kemanusiaan PBB menyerukan penghentian permusuhan secara segera dan berkelanjutan di Jalur Gaza untuk mencegah bertambahnya korban jiwa dan meluasnya bencana kelaparan yang kini mengancam jutaan warga sipil.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan sekaligus Koordinator Bantuan Darurat PBB, Tom Fletcher, melalui penjelasan yang dibacakan oleh wakilnya, Joyce Msuya, dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB.
"Lebih dari setengah juta orang saat ini menghadapi kelaparan, kemiskinan ekstrem, dan kematian. Jumlah itu berpotensi melampaui 640.000 jiwa pada akhir September," ungkapnya.
Komite Peninjau Kelaparan Integrated Food Security Phase Classification (IPC) pada Jumat, 22 Agustus 2025, mengonfirmasi bahwa kelaparan sudah terjadi di Gaza dan diperkirakan akan menyebar hingga Deir al-Balah dan Khan Younis pada akhir bulan depan.
Risiko Kelaparan Meningkat Tajam, Anak-Anak dan Ibu Jadi Kelompok Paling Rentan
Sekitar 1 juta warga Gaza kini berada pada IPC Fase 4 (darurat kemanusiaan), sementara lebih dari 390.000 lainnya berada di Fase 3 (krisis pangan dan mata pencaharian akut).
PBB menyatakan bahwa hampir tidak ada satu pun warga Gaza yang terbebas dari dampak kelaparan.
Sedikitnya 132.000 anak di bawah usia lima tahun diperkirakan mengalami malanutrisi akut hingga pertengahan 2026.
Dari jumlah tersebut, anak-anak yang berisiko meninggal dunia akibat malanutrisi meningkat tiga kali lipat menjadi lebih dari 43.000 jiwa.
Jumlah ibu hamil dan menyusui yang berisiko terkena dampak kelaparan juga melonjak dari 17.000 menjadi 55.000 orang.
"Perlu ditegaskan bahwa kelaparan ini bukan akibat kekeringan atau bencana alam. Ini bencana ciptaan manusia, hasil dari konflik yang menyebabkan kematian massal, luka-luka, kehancuran, dan pengungsian besar-besaran warga sipil," tegas Fletcher.
Sistem Pangan Gaza Hancur, Akses Bantuan Masih Terbatas
Kelaparan ini dipicu oleh sejumlah faktor, di antaranya hancurnya sistem produksi pangan, di mana 98 persen lahan pertanian rusak atau tidak dapat diakses.
Ternak yang musnah, pembatasan pengiriman pasokan kemanusiaan dan komersial selama 22 bulan, runtuhnya sistem kesehatan dan gizi, minimnya tempat tinggal, serta rusaknya jaringan air, sanitasi, dan kebersihan juga memperburuk krisis.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, rata-rata lebih dari 100 warga Palestina terbunuh setiap hari dalam sebulan terakhir, hampir dua kali lipat dibandingkan bulan Mei.
Sekitar 800.000 warga baru mengungsi ke wilayah yang sudah padat, tanpa tempat tinggal atau kebutuhan dasar.
Meski dalam beberapa pekan terakhir bantuan ke Gaza meningkat — termasuk truk logistik, tangki bahan bakar, dan pasokan pakan ternak — Fletcher menegaskan bahwa bantuan tersebut belum cukup untuk membalikkan keadaan.
"Ini perkembangan yang penting. Namun, perkembangan ini tidak akan membalikkan keadaan kelaparan maupun menghentikannya. Untuk memenuhi kebutuhan 2,1 juta orang yang kelaparan dan kekurangan, kita membutuhkan jauh lebih banyak lagi," katanya.
PBB Desak Dunia Internasional Bertindak
PBB menekankan bahwa untuk mengakhiri krisis ini, dibutuhkan bantuan yang menyelamatkan jiwa dalam jumlah besar, pencabutan pembatasan terhadap barang-barang esensial, serta penghentian penundaan dan penolakan distribusi bantuan.
Fletcher memperingatkan bahwa kegagalan bertindak akan membawa konsekuensi yang tidak dapat dipulihkan.
PBB menyerukan kepada Dewan Keamanan dan seluruh negara anggota untuk mengupayakan:
- Penghentian permusuhan yang berkelanjutan di Gaza
- Pembebasan semua sandera tanpa syarat dan secepatnya
- Perlindungan terhadap warga sipil dan infrastruktur vital
- Akses kemanusiaan yang aman, cepat, dan tanpa hambatan
- Pemulihan arus barang penting, sistem pasar, layanan publik, dan produksi pangan lokal
"Untuk mengakhiri krisis buatan manusia ini, kita harus bertindak seolah-olah yang sedang berjuang bertahan hidup di Gaza adalah ibu kita, ayah kita, anak kita, keluarga kita. Kita semua harus berbuat lebih banyak, dan segera," pungkas Fletcher.
- Penulis :
- Aditya Yohan