
Pantau - Puluhan ribu warga Palestina mulai kembali ke wilayah utara Jalur Gaza setelah pasukan Israel melakukan penarikan bertahap menyusul diberlakukannya gencatan senjata pada Jumat, sebagai bagian dari tahap pertama rencana perdamaian.
Ribuan Pengungsi Tempuh Perjalanan Panjang Meski Rumah Telah Hancur
Koresponden Anadolu melaporkan bahwa arus pengungsi kembali ke wilayah utara berlangsung masif dari arah selatan Gaza.
Sebagian besar warga kembali dengan berjalan kaki, sementara lainnya menggunakan kendaraan yang masih beroperasi meskipun mengalami kekurangan bahan bakar.
Beberapa warga menggunakan gerobak yang ditarik hewan, sepeda, hingga sepeda motor.
Tak hanya ke utara, ribuan warga juga kembali ke wilayah tengah Jalur Gaza dan beberapa bagian timur Khan Younis di wilayah selatan.
Mereka menggunakan dua jalur utama, yakni Jalan Al-Rashid yang membentang di pesisir barat, serta Jalan Salah al-Din di bagian timur Gaza.
Karena rumah mereka telah hancur akibat serangan sebelumnya, banyak warga terpaksa mendirikan tenda sementara di atas puing-puing bangunan tempat tinggal mereka.
Penarikan Pasukan Sesuai Rencana Trump, Gencatan Senjata Masuk Tahap Pertama
Penarikan pasukan Israel dilakukan secara bertahap hingga mencapai garis kuning, dan rampung pada Jumat.
Penarikan ini merupakan bagian dari tahap pertama dalam rencana perdamaian 20 poin yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 29 September.
Dalam tahap pertama tersebut, disepakati gencatan senjata di Gaza, pertukaran seluruh tawanan Israel dengan sekitar 2.000 tahanan Palestina, serta penarikan bertahap pasukan Israel dari wilayah Gaza.
Pasukan Israel telah ditarik dari sebagian besar wilayah Kota Gaza bagian utara, kecuali tiga area yaitu permukiman Shejaiya, sebagian Al-Tuffah, dan Zeitoun.
Sementara itu, di wilayah selatan, pasukan ditarik dari bagian tengah dan timur Khan Younis.
Meski demikian, warga Palestina masih dilarang memasuki dua kota penting di Gaza utara, yakni Beit Hanoun dan Beit Lahia.
Rencana ini akan berlanjut ke tahap kedua, yang mencakup pembentukan pemerintahan baru di Gaza tanpa keterlibatan Hamas, pembentukan pasukan keamanan gabungan dari warga Palestina dan negara-negara Arab serta Islam, serta pelucutan senjata Hamas.
Di tengah situasi ini, Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa lebih dari 5.000 misi kemanusiaan, kesehatan, penyelamatan, dan bantuan telah dijalankan dalam 24 jam terakhir di seluruh kegubernuran Gaza.
Sejak Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan hampir 67.200 warga Palestina, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Dampak serangan berkepanjangan juga menyebabkan wilayah Gaza dinyatakan tidak layak huni.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf