billboard mobile
FLOII Event 2025 - Paralax
ads
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Hari Pangan Dunia 2025 Jadi Momentum Strategis Pemerintahan Prabowo-Gibran Bangun Ekosistem Pangan Berkelanjutan

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Hari Pangan Dunia 2025 Jadi Momentum Strategis Pemerintahan Prabowo-Gibran Bangun Ekosistem Pangan Berkelanjutan
Foto: (Sumber: Petani memisahkan butiran padi saat panen di persawahan Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Selasa (14/10/2025). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/tom..)

Pantau - Peringatan Hari Pangan Dunia yang jatuh setiap 16 Oktober menjadi semakin relevan pada tahun 2025, seiring dengan menguatnya fokus nasional terhadap isu pangan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Fokus pada Kedaulatan dan Kesejahteraan Petani

Hari Pangan Dunia diperingati setiap tahun sebagai bentuk penghormatan atas berdirinya Food and Agriculture Organization (FAO) pada 16 Oktober 1945.

Tahun ini, peringatan tersebut menjadi titik penting bagi Indonesia yang tengah menggalakkan berbagai kebijakan strategis untuk memperkuat kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.

Pemerintah Prabowo-Gibran menegaskan bahwa pangan adalah hak dasar setiap warga negara, bukan sekadar komoditas ekonomi.

Pangan harus dapat diakses secara cukup, bergizi, terjangkau, dan berkelanjutan, tanpa mengorbankan kelestarian sumber daya alam dan kesejahteraan petani.

Salah satu program unggulan pemerintah adalah penyerapan gabah petani oleh Perum Bulog, yang diluncurkan sejak tahun lalu.

Program ini bertujuan untuk menjaga harga dasar gabah agar tidak jatuh saat panen raya dan menstabilkan harga pasar yang sering kali merugikan petani.

Hingga Mei 2025, Perum Bulog mencatat telah menyerap 1,88 juta ton gabah—angka tertinggi sepanjang sejarah lembaga tersebut.

Perlu Penguatan Infrastruktur untuk Hindari Tekanan ke Bulog

Kebijakan penyerapan gabah ini dilaksanakan berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2025 dan penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk Gabah Kering Panen (GKP) sebesar Rp6.500 per kilogram, tanpa syarat kualitas.

Pemerintah menargetkan penyerapan setara dengan 3 juta ton beras.

Kebijakan ini mendapat sambutan positif dari para petani yang menganggapnya sebagai langkah paling berpihak dalam beberapa tahun terakhir.

Namun, di sisi lain, keberhasilan program ini juga menimbulkan tantangan logistik dan operasional bagi Perum Bulog.

Tanpa penguatan kelembagaan dan infrastruktur, Bulog berpotensi mengalami tekanan berat, bahkan disebut bisa "babak belur".

Untuk itu, pemerintah didorong menyediakan sarana penunjang seperti gudang penyimpanan yang memadai, alat pemisah gabah berdasarkan kualitas, dan ruang simpan yang mampu menjaga mutu gabah serta beras.

Pemerintah juga perlu membuka jalur distribusi resmi agar arus keluar-masuk stok dari Bulog tetap lancar dan tidak terjadi penumpukan berlebihan.

Jika tidak diantisipasi, kondisi Perum Bulog dianalogikan seperti "manusia yang terus menerus makan dan minum tetapi sulit buang air kecil, kentut, dan buang air besar. Perut kembung".

Peringatan Hari Pangan Dunia 2025 menjadi pengingat penting agar seluruh program terkait pangan dalam Asta Cita disinergikan menuju terbentuknya ekosistem ekonomi pangan yang kuat, adil, dan berkelanjutan.

Penulis :
Ahmad Yusuf