
Pantau - Pemerintah Amerika Serikat dan China memulai pembicaraan dagang selama dua hari di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Sabtu, 25 Oktober 2025, menjelang pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan.
Menurut laporan kantor berita Xinhua, pertemuan ini merupakan putaran ke-5 negosiasi perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia.
Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer, sementara delegasi China dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng.
Ketegangan Baru Bayangi Negosiasi Dagang
Pembicaraan ini digelar di tengah meningkatnya ketegangan bilateral, salah satunya dipicu oleh keputusan China yang mengumumkan pengendalian baru terhadap ekspor unsur tanah jarang, bahan penting bagi industri teknologi tinggi global.
Sebagai respons, Presiden Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 100 persen terhadap produk asal China.
Sementara itu, pihak AS juga menyuarakan kekecewaan atas penghentian impor kedelai oleh China dari Amerika Serikat.
Tak hanya itu, Washington juga mengkritik kebijakan Beijing yang terus membeli minyak dari Rusia, yang menurut AS ikut mendukung perang Rusia di Ukraina.
Upaya Peredam Ketegangan Menjelang Pertemuan Trump–Xi
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan harapannya agar beberapa perbedaan dapat diselesaikan dalam pembicaraan ini, sehingga pertemuan puncak antara Presiden Trump dan Presiden Xi berlangsung dalam suasana lebih positif.
Sebelumnya, kedua negara telah menyepakati penghentian sementara perang dagang pada bulan Mei lalu, termasuk penangguhan tarif tiga digit terhadap produk masing-masing negara.
Gencatan tarif tersebut diperpanjang hingga 10 November, memberikan ruang diplomasi sebelum tenggat berakhir.
Pertemuan di Malaysia kali ini menjadi krusial sebagai landasan diplomatik menjelang pertemuan bilateral tingkat kepala negara yang akan datang.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf









