
Pantau - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa Laut Hitam tidak seharusnya menjadi area konfrontasi dalam konflik antara Rusia dan Ukraina, serta menyerukan gencatan senjata terbatas untuk menghentikan serangan terhadap fasilitas energi dan pelabuhan.
Seruan Damai Erdogan di Tengah Ketegangan Laut Hitam
Pernyataan tersebut disampaikan Erdogan saat berada dalam pesawat dalam perjalanan pulang ke Turki dari kunjungannya ke Turkmenistan.
"Laut Hitam tidak boleh dipandang sebagai area konfrontasi. Hal ini tidak akan menguntungkan Rusia maupun Ukraina. Semua pihak membutuhkan navigasi yang aman di Laut Hitam," ungkapnya.
Dalam forum perdamaian internasional di Turkmenistan, Erdogan juga bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Ia menyampaikan keprihatinan atas meningkatnya ketegangan militer di kawasan Laut Hitam dan menyerukan penghentian serangan terhadap infrastruktur sipil.
Pemerintah Turki kembali menegaskan kekhawatirannya bahwa konflik Rusia-Ukraina dapat meluas ke wilayah Laut Hitam, yang merupakan jalur vital perdagangan dan energi.
Insiden Rudal dan Serangan Drone Perburuk Situasi
Pada awal Desember 2025, beberapa serangan drone dilaporkan terjadi di zona ekonomi eksklusif Turki.
Serangan-serangan tersebut menargetkan kapal tanker berbendera Rusia atau kapal yang tengah menuju pelabuhan Rusia.
Ukraina mengklaim bertanggung jawab atas serangan drone tersebut.
Ketegangan semakin meningkat setelah sebuah rudal menghantam kapal sipil milik Turki yang sedang bersandar di Pelabuhan Chornomorsk, Ukraina, pada Jumat (12/12).
Pelabuhan tersebut terletak di dekat Odesa, salah satu wilayah strategis di pesisir Laut Hitam.
Serangan itu menyebabkan kerusakan pada kapal, namun tidak menimbulkan korban jiwa.
Pihak berwenang Ukraina menyebutkan bahwa serangan rudal dilakukan oleh Rusia.
Hingga saat ini, pemerintah Rusia belum memberikan pernyataan resmi terkait insiden tersebut.
- Penulis :
- Gerry Eka





