
Pantau - Militer Filipina membantah adanya keterlibatan kelompok teroris di Filipina dalam kasus penembakan massal di Pantai Bondi, Sydney, Australia, yang menewaskan sedikitnya 15 orang pada Minggu, 14 Desember 2025.
Klarifikasi Militer Filipina
Angkatan Bersenjata Filipina menyatakan tidak menemukan indikasi bahwa pelaku penembakan di Pantai Bondi pernah mengikuti pelatihan teroris di wilayah Filipina.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina Kolonel Francel Margareth Padilla menyampaikan bahwa laporan dari unit lapangan tidak menemukan aktivitas teroris asing di negara tersebut.
Ia menegaskan, "Tidak ada pelatihan teroris apa pun yang berlangsung di wilayah Filipina," ungkapnya pada Rabu.
Padilla menjelaskan bahwa dua pelaku penembakan, Sajid Akram berusia 50 tahun dan anaknya Naveed Akram berusia 24 tahun, memang sempat berada di Filipina.
Ia menyatakan bahwa data imigrasi menunjukkan keduanya masuk ke Filipina sebagai wisatawan melalui Manila dan melanjutkan perjalanan ke Davao City.
Menurut Padilla, masa tinggal kedua pelaku di Filipina hanya selama 28 hari pada bulan sebelumnya.
Penjelasan Soal Kemampuan Menembak Pelaku
Dalam konferensi pers yang sama, Ketua Kantor Urusan Publik Angkatan Bersenjata Filipina Kolonel Xerxes Trinidad menekankan bahwa pelatihan militer tidak mungkin dilakukan dalam waktu singkat.
Ia menyatakan, "Pelatihan untuk tujuan militer tidak dapat dilakukan hanya dalam waktu 30 hari, terlebih pelatihan menembak yang membutuhkan waktu lebih lama," katanya.
Trinidad mengungkapkan bahwa Sajid Akram diketahui merupakan anggota komunitas menembak sebelum insiden tersebut terjadi.
Ia menjelaskan bahwa anggota komunitas menembak umumnya telah memiliki keterampilan menggunakan senjata tanpa harus mengikuti pelatihan militer.
Menurut Trinidad, Sajid Akram juga tercatat memiliki senjata berlisensi yang dimiliki secara legal, sebelum akhirnya tewas ditembak oleh petugas kepolisian Australia.
- Penulis :
- Aditya Yohan







