
Pantau - Ribuan warga Kamboja menggelar aksi damai di ibu kota Phnom Penh pada Kamis untuk mendesak Kamboja dan Thailand menghormati perjanjian gencatan senjata di tengah konflik perbatasan yang kembali pecah.
Aksi damai tersebut digelar menyusul berlanjutnya bentrokan perbatasan sejak 7 Desember yang kini telah memasuki hari ke-12 dan menewaskan sedikitnya 55 orang dari kedua belah pihak.
Puluhan ribu massa memadati pusat kota Phnom Penh dalam aksi yang diselenggarakan Persatuan Federasi Pemuda Kamboja atau UYFC sebagai bentuk komitmen terhadap perdamaian.
Seruan Perdamaian dari Warga dan Pemuda
Ketua UYFC Hun Many menyatakan, "Kita semua menyaksikan konsekuensi perang. Ini adalah bentrokan perbatasan kedua dalam konflik tujuh bulan ini, dan rakyat Kamboja sepenuhnya menyadari bahaya perang," ungkapnya.
Menurut kantor berita milik negara Agence Kampuchea Presse, aksi tersebut bertujuan mendesak kedua negara untuk menghormati gencatan senjata dan perjanjian perdamaian yang telah disepakati sebelumnya.
Bentrokan perbatasan dilaporkan terus terjadi meskipun Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelumnya menyatakan bahwa kedua negara telah mencapai kesepakatan penghentian pertempuran.
Keprihatinan PBB dan Dampak Korban
Kepala Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk menyampaikan keprihatinan atas laporan serangan yang terjadi di wilayah sipil selama konflik berlangsung.
Volker Turk menyebutkan, "daerah di sekitar desa dan situs budaya dihantam oleh jet tempur, drone, dan artileri."
Ia menegaskan, "Berdasarkan hukum humaniter internasional, sangat jelas bahwa perlindungan warga sipil dan infrastruktur sipil adalah yang terpenting," serta mendesak kedua pihak untuk "segera menghentikan tembakan dan kembali berdialog."
Menurut otoritas Thailand, konflik perbatasan tersebut menewaskan 21 tentara Thailand dan 16 warga sipil Thailand, sementara Kementerian Dalam Negeri Kamboja melaporkan 18 warga sipil Kamboja tewas dan 78 lainnya luka-luka.
Thailand dan Kamboja sebelumnya menandatangani perjanjian perdamaian pada Oktober di Kuala Lumpur yang disaksikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, namun perjanjian tersebut ditangguhkan setelah tentara Thailand terluka parah akibat ledakan ranjau darat di wilayah perbatasan.
Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja merupakan sengketa lama yang kerap memicu kekerasan, termasuk bentrokan pada Juli lalu yang menewaskan sedikitnya 48 orang.
- Penulis :
- Aditya Yohan







