Pantau - Wakil Ketua LPSK, Susilaningtyas menyebutkan bahwa sama sekali tidak ada ancaman terhadap istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi atas permintaan perlindungan.
Susilaningtyas menambahkan, berdasarkan keterangan yang disampaikan Irjen Ferdy Sambo selaku suami pemohon dalam pertemuan di kantor Kadiv Propam pada 13 Juli 2022, ancaman terhadap pemohon yang dimaksud yaitu pemberitaan media massa,
"LPSK berpendapat pemberitaan media massa bukan suatu ancaman karena dalam pemberitaan terdapat hak jawab sebagai mekanisme untuk menanggapi pemberitaan yang tidak benar," ujar Susilaningtyas saat konferensi pers di kantor LPSK, Senin (15/8/2022).
Selain itu, Susilaningtyas menuturkan bahwa dari catatan medis dan psikologis dari pemohon pada Selasa (9/8/2022), ditemukan tanda dan gejala masalah kesehatan jiwa.
"Kemudian psikolog menyimpulkan kondisi sebagai berikut: 1). Tidak memiliki kompetensi psikologis yang cukup memadai untuk menjalani pemeriksaan dan memberikan keterangan; 2). Pemohon tidak dapat dipercaya terkait dengan peristiwa pelecehan seksual," kata Susilaningtyas.
Ia melanjutkan, PC terindikasi memiliki masalah psikologis terhadap kasus pelecehan seksual dan percobaan pembunuhan. Selain itu juga tidak ditemukan risiko kebahayaan.
"Tapi ditemukan kebahayaan terhadap diri sendiri yang ditandai oleh psikologis menjadi Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), kecemasan, dan depresi," tuntasnya.
Seperti diberitakan, LPSK telah melakukan asesmen terkait permohonan justice collaborator yang diajukan Richard Eliezer alias Bharada E. Pada waktu yang bersamaan, istri Ferdy Sambo, Putri Candrawati juga sedang diasesmen di kediamannya.
“Hari ini LPSK melakukan koordinasi upaya pendalaman informasi keterangan dalam rangka tugas asesmen,” kata Wakil Ketua LPSK, Achmadi kepada wartawan, Selasa (9/8/2022).
Selain itu, Achmadi juga mengatakan kondisi Putri Candrawathi nanti akan disampaikan oleh ahli.
“Kita tunggu psikolog bagaimana kondisi terkini ibu Putri Candrawathi, karena itu harus ahli yang bicara,” pungkasnya.
Susilaningtyas menambahkan, berdasarkan keterangan yang disampaikan Irjen Ferdy Sambo selaku suami pemohon dalam pertemuan di kantor Kadiv Propam pada 13 Juli 2022, ancaman terhadap pemohon yang dimaksud yaitu pemberitaan media massa,
"LPSK berpendapat pemberitaan media massa bukan suatu ancaman karena dalam pemberitaan terdapat hak jawab sebagai mekanisme untuk menanggapi pemberitaan yang tidak benar," ujar Susilaningtyas saat konferensi pers di kantor LPSK, Senin (15/8/2022).
Selain itu, Susilaningtyas menuturkan bahwa dari catatan medis dan psikologis dari pemohon pada Selasa (9/8/2022), ditemukan tanda dan gejala masalah kesehatan jiwa.
"Kemudian psikolog menyimpulkan kondisi sebagai berikut: 1). Tidak memiliki kompetensi psikologis yang cukup memadai untuk menjalani pemeriksaan dan memberikan keterangan; 2). Pemohon tidak dapat dipercaya terkait dengan peristiwa pelecehan seksual," kata Susilaningtyas.
Ia melanjutkan, PC terindikasi memiliki masalah psikologis terhadap kasus pelecehan seksual dan percobaan pembunuhan. Selain itu juga tidak ditemukan risiko kebahayaan.
"Tapi ditemukan kebahayaan terhadap diri sendiri yang ditandai oleh psikologis menjadi Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), kecemasan, dan depresi," tuntasnya.
Seperti diberitakan, LPSK telah melakukan asesmen terkait permohonan justice collaborator yang diajukan Richard Eliezer alias Bharada E. Pada waktu yang bersamaan, istri Ferdy Sambo, Putri Candrawati juga sedang diasesmen di kediamannya.
“Hari ini LPSK melakukan koordinasi upaya pendalaman informasi keterangan dalam rangka tugas asesmen,” kata Wakil Ketua LPSK, Achmadi kepada wartawan, Selasa (9/8/2022).
Selain itu, Achmadi juga mengatakan kondisi Putri Candrawathi nanti akan disampaikan oleh ahli.
“Kita tunggu psikolog bagaimana kondisi terkini ibu Putri Candrawathi, karena itu harus ahli yang bicara,” pungkasnya.
- Penulis :
- khaliedmalvino
