Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Hidup Ratusan Bayi di Gaza Terancam, Generator RS hanya Cukup untuk 3 Hari

Oleh Fadly Zikry
SHARE   :

Hidup Ratusan Bayi di Gaza Terancam, Generator RS hanya Cukup untuk 3 Hari
Foto: Bayi prematur di Rumah Sakit Al Aqsa di Deir el-Balah, Gaza, Minggu (22/10/2023, istimewa)

Pantau - Meski pintu perbatasan telah dibuka, namun Israel masih memblokade wilayah Gaza.

Sebanyak 130 bayi prematur di rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza berada di inkubator yang membutuhkan listrik dari generator.

Dengan belum adanya pasokan bahan bakar ke Gaza akibat blokade Israel, nasib dari bayi-bayi itu terancam.

Direktur RS Al-Aqsa Iyad Abu Zahar, begitu generator berhenti menyala, bayi-bayi yang dirawat di bangsal tersebut tidak bisa lagi bernapas.“Tanggung jawab kami sangat besar,” katanya.

Kini di seluruh Gaza, para dokter yang merawat bayi prematur mengalami ancaman serupa. Setidaknya 130 bayi prematur berisiko besar di enam unit neonatal.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, setidaknya ada 50.000 wanita hamil di Gaza yang tidak dapat mengakses layanan kesehatan. Kemudian ada sekitar 5.500 di antaranya tidak dapat mengakses layanan kesehatan untuk persalinan mereka bulan mendatang.

Akibat kekuarangan bahan bakar untuk menghidupkan generator, sebanyak tujuh dari 30 rumah sakit terpaksa ditutup. Tak hanya listrik, rumah sakit-rumah sakit ini juga mengalami masalah pasokan air, termasuk obat-obatan.

Para dokter di rumah sakit lainnya mengatakan mereka berada di ambang krisis. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina mengatakan pada hari Minggu bahwa, mereka hanya memiliki cukup bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan kritis selama tiga hari.

“Dunia tidak bisa hanya melihat bayi-bayi ini terbunuh akibat pengepungan di Gaza. Kegagalan untuk bertindak berarti menghukum mati bayi-bayi ini,” kata kepala eksekutif bantuan medis untuk Palestina, Melanie Ward.

Tak ada satu pun dari 20 truk bantuan yang tiba ke Gaza pada hari Sabtu (21/10/2023) lalu membawa bahan bakar.

Penulis :
Fadly Zikry
Editor :
Fadly Zikry