
Pantau - Hamas mengubah istilah dalam perjanjian genjatan senjata yang diterimanya pada Senin (6/5/2024) untuk menghitung jenazah sandera dalam usulan pertukaran tahanan Palestina, menurut laporan yang beredar.
Kesepakatan yang ditandatangani oleh kelompok Hamas juga berisikan diakhirnya perang di Gaza, dikutip Senin (6/5/2024).
Namun salah satu perubahan terbesar dalam kesepakatan tersebut terjadi pada bahasa yang mengatakan, sekitar 33 tuan rumah Israel akan dibebaskan dengan imbalan genjatan senjata.
Pada kesepakatan awal mengatakan '33 sandera hidup', namun Hamas mengubah kata-kata tersebut menjadi 33 sandera 'hidup atau mayat' kata para penjabat kepada lembaga penyiaran public KAN TV.
Para penjabat Israel mengecam usulan tersebut dikarenakan sangat berbeda dengan apa yang awalnya mereka setujui.
Diketahui, kelompok Hamas menjadi berita utama ketika menyetujui genjatan senjata pada Senin sore, namun kesepakatan tersebut memiliki perbedaan besar dari perjanjian sebelumnya yang diajukan ke Israel.
Selain itu, Hamas juga menuntut diakhirinya perang yang tidak bisa dilakukan oleh Israel dikarenakan mereka telah berjanji untuk memberantas kelompok tersebut.
Penjabat keamanan Palestina dan Mesir mengatakan tank-tank Israel telah memasuki kota Gaza Selatan dan berada sekitar 250 meter dari persimpangan.
Seorang sumber mengatakan kepada Barak Ravid dari Axios, bahwa IDF ingin mengendalikan penyeberangan sisi Palestina untuk memantau bantuan apa pun yang mengalir ke Gaza.
Sumber tersebut menambahkan para pemimpin Israel mempercayai bahwa dengan mengambil alih penyeberangan Rafah, maka hal itu dapat merusak klaim Hamas bahwa mereka masih menguasai Gaza.
Sedangkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan kepada Israel bahwa AS tidak akan mendukung operasi militer di sana.
“Presiden kembali konsisten pagi ini bahwa kami tidak mendukung operasi darat di Rafah,” kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby kepada wartawan sebelum kemajuan tersebut.
Laporan: Kaorie Zeto Hapki
- Penulis :
- Ahmad Munjin