Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Mesir Desak Israel Tinggalkan Koridor Philadelphia dan Perbatasan Rafah

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Mesir Desak Israel Tinggalkan Koridor Philadelphia dan Perbatasan Rafah
Foto: Perbatasan Jalur Gaza-Mesir. (Getty Images)

Pantau - Mesir mendesak Israel menarik mundur pasukannya dari Koridor Philadelpia di perbatasan Gaza-Mesir dan dari penyeberangan perbatasan Rafah, sebuah sumber di Mesir mengatakan pada Senin (19/8/2024).

Saluran berita Al-Qahera yang berafiliasi dengan pemerintah Mesir mengutip sumber tingkat tinggi yang menyangkal apa yang disiarkan media Israel perihal Mesir menyetujui tentara Israel untuk tetap berada di wilayah Koridor Philadelpia.

Sumber itu menegaskan Mesir tetap berpegang teguh pada “penarikan penuh Israel” dari dua lokasi tersebut.

Lembaga penyiaran publik Israel, KAN melaporkan, delegasi Israel telah kembali dari Mesir setelah melakukan pembicaraan di sana mengenai kehadiran Israel di Koridor Philadelpia. Tak ada rincian yang diberikan penyiar tentang pembicaraan itu.

Baca juga: Mesir-Palestina Bahas Operasional Penyeberangan Perbatasan Rafah

Pada Minggu (18/8/2024), Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu mengungkapkan, tentara Israel akan tetap berada di Koridor Philadelphia.

Kelompok pejuang Palestina, Hamas dan Mesir bersikeras bahwa Israel harus menarik diri sepenuhnya dari wilayah perbatasan.

Pembicaraan gencatan senjata Gaza di ibu kota Qatar, Doha, berakhir pada Jumat (16/8/2024) dengan menyajikan “proposal yang mempersempit kesenjangan” antara Israel dan Hamas yang konsisten dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada 31 Mei 2024.

Biden mengatakan Israel mengajukan kesepakatan tiga tahap bakal mengakhiri konflik di Gaza dan menjamin pembebasan para sandera yang ditahan di daerah kantong pantai tersebut. Rencana itu mencakup gencatan senjata, pertukaran tawanan, hingga rekonstruksi Gaza.

Namun Hamas mengatakan bahwa Netanyahu menetapkan syarat-syarat baru dalam gencatan senjata di Gaza serta proposal pertukaran sandera yang diajukan dalam perundingan Doha.

Baca juga: Begini Upaya Mesir Tahan Eskalasi Israel dengan Lebanon

“Proposal baru (hanya) memenuhi persyaratan Netanyahu dan selaras dengan mereka, terutama penolakannya terhadap gencatan senjata permanen, penarikan sepenuhnya dari Jalur Gaza, dan desakannya untuk melanjutkan pendudukan di Netzarim Junction (yang memisahkan bagian utara dan selatan Jalur Gaza), penyeberangan Rafah, dan Koridor Philadelpia (di bagian selatan),” ujar Hamas dalam sebuah pernyataan.

Selama beberapa bulan, AS, Qatar, dan Mesir berupaya mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas demi memastikan pertukaran tawanan serta gencatan senjata, hingga mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

Namun upaya mediasi itu terhenti lantaran muncul penolakan Netanyahu dalam pemenuhan tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.

Israel mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, terus menggencarkan serangan brutalnya ke Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Baca juga: Palestina Tolak Usul Buka Perlintasan Rafah Sesuai Syarat Israel

Serangan Israel menewaskan lebih dari 40.130 warga sipil, sebagian besar perempuan dan anak-anak, hingga melukai lebih dari 92.740 orang di Jalur Gaza, menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina.

Lebih dari 10 bulan setelah serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza menjadi reruntuhan di tengah-tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.

Israel didakwa melakukan genosida oleh Mahkamah Internasional (IJC), yang memerintahkannya untuk segera menghentikan operasi militernya di kota Rafah selatan, yang mana menjadi tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserang pada tanggal 6 Mei 2024.

Sumber: Anadolu

Penulis :
Khalied Malvino