
Pantau - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Amerika Serikat (AS) bereaksi terhadap dukungan Hizbullah terhadap upaya Ketua DPR Lebanon, Nabih Berri, untuk mencapai gencatan senjata dengan Israel.
"Di mana mereka selama setahun? Selama setahun, dunia telah menyerukan Hizbullah untuk menghentikan serangan melintasi perbatasan ke Israel," ungkap juru bicara Kemlu AS, Matthew Miller kepada wartawan, dikutip Rabu (9/10/2024).
"Dan selama setahun, Hizbullah mengatakan mereka tidak akan melakukannya kecuali ada gencatan senjata di Gaza," sambungnya.
Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, dalam pidato yang disiarkan di televisi, menyatakan pihaknya memiliki kepercayaan penuh pada Berri dan mendukung upaya politiknya untuk mencapai gencatan senjata.
Miller menuturkan, Hizbullah telah menolak untuk setuju pada gencatan senjata selama setahun dan menantang seruan dari komunitas internasional.
BACA JUGA: Pimpinan Hizbullah Dukung Upaya Gencatan Senjata di Lebanon, Abaikan Gaza
“Hizbullah dalam posisi tertekan dan terus mendapat tekanan,” ujarnya.
“Tiba-tiba mereka mengubah nada dan ingin gencatan senjata. Saya rasa ini tidak mengejutkan, mengingat situasi yang mereka hadapi. Kami tetap menginginkan solusi diplomatik untuk konflik ini," tambahnya.
Berri dan Perdana Menteri (PM) sementara Lebanon, Najib Mikati menggelar pembicaraan dengan sejumlah pejabat Barat, termasuk Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Noel Barrot, untuk membantu meredakan ketegangan antara Lebanon dan Israel serta melaksanakan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 yang mengakhiri perang Israel pada tahun 2006 terhadap Lebanon.
Pembicaraan ini berfokus pada inisiatif untuk gencatan senjata selama empat minggu yang mencakup penghentian permusuhan antara Hizbullah dan Israel, serta pencapaian gencatan senjata total.
Inisiatif ini juga mencakup rencana rekonstruksi dan kembalinya warga yang terpaksa mengungsi ke rumah mereka, serta penetapan perbatasan.
BACA JUGA: Jalankan Operasi di Beirut, Israel Klaim Tewaskan Kepala Logistik Hizbullah
Miller menyatakan, milisi Hizbullah di selatan Lebanon menolak untuk sepenuhnya menerapkan Resolusi 1701, yang seharusnya mengharuskan kelompok tersebut untuk menyerahkan senjata dan mundur ke belakang Sungai Litani.
“Selama lebih dari 18 tahun sejak resolusi itu diterapkan, mereka menolak untuk melakukan kedua hal tersebut. Bahkan, mereka tidak hanya menolak, tetapi juga meningkatkan persenjataan mereka tepat di perbatasan Lebanon,” ujarnya.
Miller menegaskan dukungan AS terhadap upaya Israel untuk melemahkan kemampuan Hizbullah, tetapi menekankan bahwa solusi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk memastikan keamanan jangka panjang bagi rakyat Israel dan Lebanon.
Ia juga menambahkan bahwa Washington terlibat dalam pembicaraan dengan berbagai pihak di dalam Lebanon.
“Kami tidak hanya berbicara dengan mereka, tetapi juga mitra dan sekutu kami dari dalam dan luar wilayah sedang melakukan percakapan tersebut. Seringkali, kami memiliki waktu bertahun-tahun untuk berbicara dengan individu di dalam Lebanon,” tambah Miller.
BACA JUGA: Uni Eropa Desak Gencatan Senjata di Lebanon
Sejak 23 September 2024, Israel meluncurkan serangan udara besar-besaran di seluruh Lebanon yang mengklaim menyasar target Hizbullah. Serangan ini telah mengakibatkan lebih dari 1.250 orang tewas, 3.618 terluka, dan lebih dari 1,2 juta orang mengungsi.
Serangan udara ini merupakan eskalasi konflik lintas batas yang telah berlangsung selama setahun antara Israel dan Hizbullah, yang dimulai sejak serangan brutal Tel Aviv di Jalur Gaza dan mengakibatkan hampir 42.000 korban tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, setelah serangan Hamas tahun lalu.
Menurut otoritas Lebanon, setidaknya 2.083 warga tewas dan 9.869 lainnya terluka akibat serangan Israel di Lebanon.
Meskipun ada peringatan internasional bahwa wilayah Timur Tengah berada di ambang perang regional seiring serangan terus-menerus Israel terhadap Gaza dan Lebanon, Tel Aviv memperluas konflik dengan melancarkan invasi darat ke selatan Lebanon pada 1 Oktober 2024. (Anadolu)
- Penulis :
- Khalied Malvino
- Editor :
- Khalied Malvino