
Pantau - Pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) Sudan membantai 124 orang hingga tewas di desa Al-Sireha, El Gezira, Jumat (25/10/2024), dalam serangan mematikan di tengah konflik yang telah berlangsung 18 bulan. Aksi pembantaian ini merupakan salah satu yang terburuk dari serangkaian kekerasan di wilayah tersebut.
Serangan balasan ini diduga terjadi setelah Abuagla Keikal, seorang perwira tinggi RSF, menyerah kepada tentara. Aktivis pro-demokrasi melaporkan, RSF melancarkan serangan balas dendam, menargetkan warga sipil, menahan mereka, dan memaksa ribuan orang mengungsi dari desa mereka.
Kekerasan yang melanda Gezira sudah berlangsung berbulan-bulan. RSF dituding menjarah rumah-rumah, membunuh banyak warga, serta menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi. Di desa Al-Sireha, selain korban tewas, setidaknya 100 orang lainnya terluka dalam serangan RSF.
RSF menyalahkan tentara karena mempersenjatai warga sipil di Gezira dan menggunakan pasukan di bawah komando Keikal, yang memicu serangan tersebut. Namun, kedua pihak tidak memberikan komentar resmi. Konflik ini telah menyebabkan lebih dari 11 juta orang mengungsi dan menimbulkan krisis kemanusiaan yang diperparah oleh kelaparan serta keterlibatan kekuatan asing yang memberikan dukungan material.
Perang ini dimulai pada April 2023, ketika ketegangan antara RSF dan tentara, yang sebelumnya berbagi kekuasaan setelah kudeta 2021, berubah menjadi konflik terbuka. Alih-alih transisi menuju pemerintahan sipil, Sudan justru terperosok ke dalam kekacauan.
Baca juga: Tragis! Serangan Udara di Masjid Sudan Tewaskan 31 Orang
Gambar-gambar di media sosial menunjukkan tubuh-tubuh korban yang dibungkus untuk pemakaman dan kuburan massal yang digali. Sementara itu, Persatuan Dokter Sudan melaporkan sulitnya menangani korban luka atau mengevakuasi mereka untuk mendapatkan perawatan medis.
Dalam sebuah video yang beredar, seorang tentara RSF terlihat mempermalukan warga sipil, termasuk memaksa mereka bertingkah seperti kambing. RSF juga dituding menggunakan kekerasan seksual sebagai alat intimidasi untuk mengusir penduduk.
Pernyataan dari Komite Perlawanan Wad Madani menyebutkan bahwa RSF melakukan pembantaian massal di berbagai desa di Gezira. Tentara Sudan, yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, mendapat kritik keras karena gagal melindungi warga sipil.
Baik RSF maupun tentara sama-sama dituduh melakukan kejahatan perang. RSF diduga terlibat dalam pembersihan etnis di Darfur Barat, sementara tentara melakukan serangan udara yang banyak menewaskan warga sipil.
Menurut Utusan Khusus AS untuk Sudan, Tom Perriello, kedua belah pihak telah gagal melindungi rakyat Sudan. Kekerasan ini terus menambah penderitaan warga Sudan, yang terperangkap dalam konflik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Sumber: Reuters
- Penulis :
- Khalied Malvino